Ahmad Basarah: Islam dan Nasionalisme Harus Berdampingan

| Editor: Muhammad Asrori
Ahmad Basarah: Islam dan Nasionalisme Harus Berdampingan
Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR RI, Ahmad Basarah ll Bambang Subagio



JAKARTA - Islam dan nasionalisme adalah ibarat dua rel kereta api. Keduanya, harus berdampingan dengan kokoh dan seimbang. Jika salah satu relnya patah, maka tak hanya kereta api yang berada di atasnya tidak dapat mengantarkan penumpangnya sampai ke tujuan. Akibatnya, kereta api itu akan terjungkal dan mencelakakan para penumpangnya.

Demikian dikatakan Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR RI, Ahmad Basarah, dalam sambutan pada Haul Bung Karno ke-47 dan peluncuran buku “Bung Karno, Islam, dan Pancasila” di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (21/6).

Tampak hadir Presiden Ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Dr Arief Hidayat, mantan Ketua MK Mahfud MD, Menkumham Yasonna Laoly, Mendagri Tjahjo Kumolo, pimpinan fraksi di MPR RI.

“Kalau Islam dan nasionalisme dipisahkan atau diadu-domba, maka hancurlah Indonesia,” kata Ahmad Basarah dalam sambutan yang diberi judul “Pledoi untuk Bung Karno dan Pemikiran-Pemikirannya”.

Menurut Ahmad Basarah, Pancasila yang di dalamnya mengandung unsur-unsur keislaman dan nasionalisme, adalah laksana dua rel kereta api.

“Jika keduanya berdampingan kokoh akan dapat mengantarkan negara kesatuan Republik Indonesia dengan segenap rakyatnya yang majemuk, baik dari aspek agama, suku, etnis dan antar-golongan akan sampai pada tujuan bernegaranya. Yaitu, tatanan masyarakat yang subur makmur dan adil serta bahagia lahir bathin (Baldatun Thayyibatum Wa Rabbun Ghafur),” paparnya.

Basarah menambahkan, bangsa Indonesia patut bersyukur, karena telah diwariskan oleh para pendiri negara sebuah dasar dan ideologi negara yang kualitasnya telah melampaui ideologi bangsa-bangsa lain di dunia.

“Sebagai sebuah bangsa yang besar, kita patut bersyukur. Pancasila lebih baik dari Manifesto Komunis, Karena pula sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Pancasila lebih baik dari paham liberalisme/kapitalisme, karena punya sila keadilan sosial dan Pancasila juga lebih baik dari sistem khilafah, karena punya sila persatuan Indonesia,” jelasnya.

Buku “Bung Karno, Islam, dan Pancasila” materi substansinya sebagian besar diambil dari disertasi doktor Ahmad Basarah, pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang dengan judul disertasi  “Eksistensi Pancasila Sebagai Tolok Ukur dalam Pengujian UU terhadap UUD 1945, di Mahkamah Konstitusi: Kajian Perspektif Filsafat Hukum dan Ketatanegaraan” yang dipertahankan dalam sidang terbuka ujian doctoral pada 10 Desember 2016.

“Semoga hadirnya buku Bung Karno, Islam, dan Pancasila akan memberikan manfaat dan dapat menjadi jembatan pemikiran, antara pandangan Golongan Islam dan Golongan Nasionalis dalam menghadapi dan menyikapi perubahan sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat Indonesia saat ini,” harap Ahmad Basarah. (infojambi.com)

Laporan : Bambang Subagio ll Editor : M Asrori

 

Baca Juga: Kapolda Jambi Ajak Masyarakat Tumbuhkembangkan Nasionalisme

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya