Air Asia Yang Buat Putus Asa......

We Can Fly. Itulah motto pesawat Air Asia yang bermarkas di Kuala Lumpur, Malaysia ini. Semua orang bisa terbang. Tentunya harga tiket yang terjangkau atau murah meriah.

| Editor: Doddi Irawan
Air Asia Yang Buat Putus Asa......

KUALALUMPUR - We Can Fly. Itulah motto pesawat Air Asia yang bermarkas di Kuala Lumpur, Malaysia ini. Semua orang bisa terbang. Tentunya harga tiket yang terjangkau atau murah meriah. Kami rombongan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang diundang ke Korea, tanggal 20-27 Oktober 2016 oleh Journalist Assosiated Korea (JAK) mencoba menumbang dengan pesawat yang bermarkas di Kuala Lumpur ini.

Kami naik pesawat Air Asia ini pulang pergi Jakarta-Kuala Lumpur-Seoul dengan harga tiket separuh dari pesawat Garuda Indonesia."Uang ternyata mengalahkan kecintaan terhadap maskapai milik republik, tapi wajar kami sebagai pelancong degil," kata sebait syair, Ramon Damora, pausnya sastra wartawan Indonesia.

Awal berangkat kami sudah direpotkan dengan barang bawaan ketika check in di Bandara Soekarno Hatta (Soeta). Barang yang lebih 7 kg harus masuk bagasi dengan membayar Rp 650 ribu, sedangkan di bawah 7 kg boleh masuk kabin pesawat.

"Ini repot sekali, kita banyak bawa stok makanan dan pakaian tebal, timbangannya di atas 15 kg. Saya pikir sewaktu beli tiket sudah termasuk bagasi, seperti penerbangan Indonesia lainnya," ujar Firdaus Usman Al Bagdadi, Ketua PWI Provinsi Banten.

"Ancuuur kita ini, tiket memang murah, bagasi bayar dan makanan tidak ada pulak," timpal Tarmilin Usman, Ketua PWI Provinsi Aceh yang setiap melancong ke luar negeri pakai pesawat Garuda.

Penderitaan paling parah dialami Endro Effendi, Ketua PWI Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Ketika mau pulang dari Korea ke Jakarta, sesampai di Bandara Icheon yang sangat luas dan antrean cukup panjang, Endro harus bersusah payah membongkar koper. Barangnya dipindahkan ke tas tentengan.

Petugas Air Asia juga tidak menerima, karena tas tentengan melebih 7 kg. Akhirnya Endro menitipkan barang-barangnya kepada Jesiska yang menjadi LO selama di Korea. Semua barang akan dikirim lewat pos dengan tarif sangat tinggi.

"Barang saya memang banyak, setelah acara Rakornas PWI di Sabang, Aceh, 18 Oktober lalu, saya tidak pulang ke Kaltim, tapi langsung saja berangkat ke Korea, tambah beli oleh-oleh, maka beranaklah tas-tas saya," jelas lelaki babyface yang juga ahli hipnoterapi.

Endro harus merogoh koceknya sampai Rp 3 juta untuk biaya bagasi dan kirim barang ke kampungnya.

Lain lagi kekesalan Basril Basyar. Ketua PWI Sumbar ini saat membayar kelebihan bagasi dengan memakai kartu kredit tidak bisa terakses.

"Memang keterlaluan Korea ini, tidak satupun kartu kredit saya bisa diproses. Padahal ketika berkunjung ke Eropa dan Amerika, bisa saya gunakan kartu kredit ini," ujar mantan Komisaris Semen Padang yang juga Ketua PWI Sumatera Barat.

Tapi setidaknya ini pengalaman berharga, kata Ketua Bidang Daerah PWI Pusat, Atal S Depari. "Sebenarnya awalnya kita sudah memesan tiket Garuda, tapi digagalkan oleh Ketua PWI Provinsi Jambi, Mursyid Sonsang. Katanya kita dengan Air Asia saja, separuh lebih murah, kemudian diamini oleh rombongan lain," jelas Bang Atal yang lagu favoritnya Jangan Sampai Tiga Kali.

"Hitung-hitung masih hemat 3 jutaan, dibanding Garuda, walau harus sedikit berlari-lari dan stres menghadapi pegawai Air Asia yang bahasa Inggrisnya seperti bahasa Korea," balas Mursyid Sonsang yang mempopulerkan istilah Ancuuuuur.

Tapi tidak bagi kamerad Teguh Santosa. Pulang pergi memantapkan dengan Garuda, boleh jadi uangnya banyak atau kecintaannya kepada pesawat milik republik ini.

"Bukan begitu, dengan Garuda lebih nyaman, bagasi aman, makanan rasa Indonesia bertubi-tubi, lebih mahalkan nyumbang untuk republik juga," ujar Pimred RMOL yang juga Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat ini.

Menurut pria tambun yang pernah masuk penjara 24 jam gara-gara berita ini, apapun pesawat yang digunakan, yang penting semua selamat pulang pergi dan kebersamaan terjaga selama di negeri Ginseng walau ada yang brutal dan liar, tapi tetap sebagai pelanjong degil....

We will not fly with Air Asia anymore ! We will fly with Garuda Indonesia...Hidup NKRI ! ***

Catatan Mursyid Sonsang dari Korea

Baca Juga: Shalat Jum’at dan Bertemu Banyak Orang Indonesia di Pusat Kota Seoul

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya