Wajib Silaturahim
Mengapa Ramadhan disebut bulan berkah, karena itulah antara lain keistimewaannya. Nama lainnya, “penghulu” bulan. Bulan ampunan. Tuhan menjanjikan akan mengampuni dan menghapus dosa-dosa umatnya. “Diputihkan” menurut istilah sekarang. Kecuali yang keterlaluan, seperti menutup akses silaturahmi dengan sesama. Atau tidak bersedia memaafkan kesalahan orang dekat.
Hal ini menarik diuraikan sedikit. Walaupun umat telah menjalani hampir semua perintah Allah SWT, dan menghindari hampir semua yang ditentangNya, masih bakal terhalangi oleh sikap yang tak membuka pintu maaf pada sesama. Logikanya sederhana saja, Tuhan saja mau memaafkan kesalahan sebesar apapun yang dilakukan hambaNya. Bagaimana pula ceritanya manusia tidak memaafkan perbuatan sesama.
Dalam Al Quran diperingatkan, sesungguhnya Tuhan tidak suka umatnya hanya cari muka kepadaNya, sedangkan pada sesama tidak, bahkan menindas. Sebab, saling mengasihi, tolong menolong antar-sesama adalah bagian dari perintahNya. Barangsiapa yang menunjukkan kepedulian besar pada kaum dhuafa, yatim piatu dan fakir miskin, maka akan mendapat balasan yang berlimpah dari Tuhan. Makin banyak zakat, sedekah, dan infak dikeluarkan, maka percayalah tentu akan dibalas semakin berlimpah pula oleh Allah SWT.
Setan dan jin dikerangkeng
Begitu besarnya cinta dan kasih Tuhan kepada umatnya, tidur saja pun dihitung ibadah. Tentu yang dimaksud di sini konteksnya tertidur karena lelah, bukan menghindari tugas dan pekerjaan. Apalagi, tidur sejak pagi dan bangunnya menjelang Maghrib. Ini cari perkaranya namanya. Kantor mana yang mau menghitung tidurnya pegawai sebagai bekerja.
Sementara itu, selama bulan Ramadhan, setan, jin, iblis, dedemit, yang “profesinya” memang untuk menggoda, menyesatkan manusia, “dicutikan”. Semua dedemit itu ditangkap dan dimasukkan dalam kerangkeng. Kaki tangannya dirantai supaya tidak berkeliaran. Kurang apa lagi? Itu semua dilakukan Tuhan semata untuk menjaga kita, menjaga kekhusukan ibadah umat Islam di bulan Ramadhan.
Mari bersama kita jaga kesucian Ramadhan. Perbanyak ibadah, pahala, supaya kita termasuk dalam golongan yang mendapat prioritas disucikan Tuhan. Dihapuskan dosa- dosanya, terlahir kembali suci, seperti bayi- bayi tanpa dosa.
Jaga diri, jangan sampai nanti segala jenis dedemit, setan, jin, dan iblis menertawakan kita, dan lancang bilang: "Tuhan lihat sendirilah umatMu.
Siapa meniru siapa. Kami dikerangkeng begini saja, manusia tetap tidak berubah. Puasanya hanya ditandai tidak makan minum belaka. Sedangkan, sifat- sifat buruk lainnya tetap sama. Malah bulan Ramadhan nekat dibalikkan maknanya. Bulan suci dijadikan tameng, dijadikan 'paspor' untuk semakin meningkatkan penindasannya antar-sesama, mengorupsi tidak hanya uang, tetapi juga waktu untuk bekerja dan ibadah. Lihatlah, puasa malah makin membuatnya bersimaharajalela mencuri hak orang lain. Membobol uang negara, uang rakyat seperti yang akhir-akhir ini jadi sorotan masyarakat terjadi di lingkungan Polri, Kementerian Keuangan dan berbagai lembaga dan institusi negara lainnya,"
Jangan sampai setan, iblis, dedemit, mengejek dan menyindir kita sambil mengenakan brand-brand mewah, dan lalu berpawai dengan mengendarai motor gede dan jeep Rubicon.
Marhaban Ya Ramadhan.*****
Baca Juga: Dewan Kehormatan PWI Ingatkan Pentingnya Kompetensi dan Penaatan Kode Etik Wartawan
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com