Hal ini membuat implikasi dari ketidakpedulian terhadap dampak deforestasi menjadi sangat besar dan dampaknya akan luar biasa dirasakan di kawasan Asia Tenggara.
Pemerintah dan para pemangku kebijakan di Asia Tenggara telah mengambil langkah-langkah penting, menunjukkan komitmennya terhadap netralitas karbon atau net zero.
Baca Juga: Semua Pihak Bertanggung Jawab Menjaga dan Melestarikan Hutan
Sejumlah langkah itu antara lain menetapkan target mengurangi emisi sektor hutan dan penggunaan lahan, pengelolaan deforestasi, dan melakukan kolaborasi dengan pihak non-pemerintah, termasuk sektor swasta.
Beberapa inisiatif yang telah diimplementasikan, meliputi peningkatan Nationally Determined Contribution (NDC), pengembangan taksonomi hijau, dan persyaratan pengungkapan mengenai Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) atau ESG.
Baca Juga: Polda Jambi Amankan Perambah HTI
Meski terdapat kemajuan, banyak tantangan yang perlu mendapat perhatian lebih, khususnya bagi perusahaan yang membeli komoditas dari Indonesia. Salah satunya dampak produksi komoditas terhadap keanekaragaman hayati di Indonesia.
Pada 2022, terdapat 28 perusahaan (21 perusahaan pada 2021) di Asia Tenggara yang melakukan pengungkapan melalui kuesioner hutan dan menjadi yang terdepan di kawasan ini. Di antaranya, 10 perusahaan berasal dari Indonesia, 7 dari Malaysia, 6 dari Singapura, 4 dari Thailand, 1 dari Filipina, dan tidak ada dari Vietnam.
Baca Juga: Perambah HP di Desa Nalo Akan Ditindak
Tindakan mendesak diperlukan untuk mengakhiri deforestasi. Karena itu laporan ini menjabarkan langkah-langkah utama yang harus diambil perusahaan.
Langkah-langkah ini termasuk melakukan evaluasi risiko secara komprehensif, meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan bebas-deforestasi dan-konversi, dan mengungkapkan kemajuan dalam mencapai rantai pasok yang bebas deforestasi serta bebas konversi.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com