Asian Agri Mengawal, Petani Plasma Capai Keberhasilan

| Editor: Doddi Irawan
Asian Agri Mengawal, Petani Plasma Capai Keberhasilan

KOTAJAMBI — Di awal kemitraan dengan petani plasma, Asian Agri membuat skema pendampingan dari awal pembukaan lahan sampai kepada penjualan buah sawit. Pada tahap pembukaan lahan, perusahaan membantu penyediaan akses benih sawit, membangun kebun serta memfasilitasi para petani dengan pihak perbankan terkait pembiayaan. Setelah tanaman mulai menghasilkan, kebun diserahkan kepada para petani, sedangkan pendampingan petani terus berlanjut.

Dari sisi produktivitas, pendampingan intensif terhadap petani plasma mampu menghasilkan 18 - 24 ton TBS per hektar. Tim R&D Center Asian Agri turut mengembangkan bibit unggul Topaz yang mendukung peningkatan produktivitas kebun sawit petani selama masa produktif 25 - 30 tahun.

Kemitraan dengan petani plasma saat ini mulai memasuki fase kedua, dimana kebun para petani sudah mulai diremajakan/replanting. Dukungan Pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan kebun sawit berkelanjutan, antara lain diwujudkan melalui penyerahan perdana bantuan peremajaan kebun sawit rakyat kepada 135 petani kelapa sawit mitra Asian Agri yang tergabung dalam KUD Mulus Rahayu, Riau, April 2016.

“Komitmen mengikuti program replanting bersama Asian Agri merupakan penegasan rasa percaya para pihak untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang tahap kedua, yang berlangsung hingga 20 - 25 tahun mendatang. Kami terus mengedukasi para petani untuk konsisten menerapkan praktik terbaik pengelolaan kelapa sawit, memfasilitasi pembentukan kelompok hingga penyediaan akses pendanaan dan micro financing,” Gurusinga menegaskan.

Pemberdayaan Petani Swadaya

Keberhasilan mendampingi petani plasma mendorong Asian Agri untuk mengembangkan pola serupa bersama petani swadaya di tahun 2012, dengan membangun kemitraan petani swadaya secara terorganisir dalam wadah kelompok tani ataupun koperasi.

“Awalnya, kami berusaha menyederhanakan rantai pasok para petani swadaya dengan memberikan akses untuk bisa menjual buah langsung ke perusahaan, sehingga harga TBS petani lebih baik – tidak melalui agen pengepul,” kata Gurusinga.

Selanjutnya, untuk meningkatkan produktivitas perusahaan juga turut mengedukasi kelompok petani swadaya termasuk memfasilitasi pinjaman lunak untuk pembelian pupuk, pestisida, dan alat produksi yang diperlukan.

Dana pinjaman lunak juga dapat digunakan untuk memperbaiki jalan sebagai akses transportasi, sehingga waktu tempuh pengiriman buah ke pabrik dapat dipersingkat dan kualitas TBS tetap terjaga. Para petani pun dapat mencicil kewajiban mereka melalui potongan penjualan TBS kepada perusahaan.

Gurusinga menyebutkan, salah satu kelompok petani swadaya mitra yang berprestasi yakni Asosiasi Petani Swadaya Amanah. Beranggotakan lima ratus petani kelapa sawit di Riau, Asosiasi Amanah menjadi petani swadaya pertama yang meraih sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di semester pertama tahun 2017.

“Dalam berbagai kesempatan para petani swadaya menyampaikan harapan untuk dapat mengikuti program pelatihan dan pendampingan, sehingga mereka dapat mencapai keberhasilan seperti yang dialami petani yang sudah bermitra dengan Asian Agri,” ujar Gurusinga.

Dengan Komitmen Kemitraan One to One, Asian Agri mengadaptasi dan menduplikasi pola kemitraan yang sama dengan petani plasma untuk diterapkan kepada petani swadaya nasional, sehingga kesejahteraan petani swadaya akan meningkat, melalui kenaikan produksi dan pendapatan petani yang lebih tinggi dari rata-rata pendapatan petani sawit pada umumnya.

“Kami menargetkan kemitraan perusahaan di tahun 2018 akan mencapai 40.000 hektar kemitraan petani swadaya dan 60.000 hektar kemitraan petani plasma. Dengan demikian, Komitmen Kemitraan One to One ini akan terwujud di tahun depan, dimana total lahan sawit petani mitra Asian Agri akan sama luasnya dengan kebun inti yakni masing-masing berjumlah 100.000 hektar,” tegas Gurusinga.

Asian Agri merupakan salah satu perusahaan swasta nasional terkemuka di Indonesia yang memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sejak tahun 1979 dan mempekerjakan sekitar 25.000 orang saat ini. Sejak tahun 1987, Asian Agri telah menjadi perintis program Pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR - Trans).

Saat ini, perusahaan mengelola 100.000 hektar lahan dan bermitra dengan 29.000 keluarga petani di Riau dan Jambi yang mengoperasikan 60.000 hektar perkebunan kelapa sawit.

Keberhasilan Asian Agri menjadi salah satu perusahaan terkemuka CPO telah diakui secara internasional dengan sertifikasi ISO 14001 untuk semua operasinya. Learning Institute di Pelalawan, Riau, serta pusat pembibitan di Kampar, Riau, juga telah bersertifikat ISO 9001. Selain itu, pusat penelitian dan pengembangan Asian Agri di Tebing Tinggi juga telah memperoleh sertifikasi oleh International Plant - Analytical Exchange di lab WEPAL di Wageningen University di Belanda, untuk standar yang tinggi.

Lebih dari 86 % dari perkebunan Inti Asian Agri di Provinsi Sumatera Utara, Riau & Jambi serta perkebunan petani plasma di Provinsi Riau & Jambi telah bersertifikat RSPO .

Pada saat yang sama, ISCC (International Sustainability & Carbon Certification) telah dicapai oleh seluruh kebun baik yang dimiliki oleh Asian Agri maupun petani plasma binaan.

Pabrik minyak kelapa sawit dan perkebunan di Buatan, Ukui, Soga, Tungkal Ulu & Muara Bulian juga telah mendapatkan sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). (infojambi.com)



Pengirim : Lidya Veronica

 

Baca Juga: Asian Agri Bersama Tanoto Foundation Peduli Pendidikan

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya