JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) MPR RI, Abdul Kadir Karding, menyayangkan banyak perilaku tokoh-tokoh bangsa yang bertentangan dengan Pancasila.
Adanya perilaku itu mengindikasikan seolah-olah bangsa ini, tidak lagi utuh disebabkan adanya Pilkada yang berakibat bangsa menjadi sangat tidak produktif.
“Banyak prilaku para elit yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Tak ada lagi, kearifan kita selama ini kita miliki. Semuanya saling hajar. Kerekatan sebagai sebuah bangsa sudah mulai terbelah. Ini semua hanya karena pilkada. Ini sangat tidak produktif bagi bangsa kita,” ujar Karding Karding, dalam disuksi bertema "Efektivitas Pelaksanaan Sosialisasi 4 Pilar" di DPR RI, Senin (13/3).
Ditegaskan Karding, seorang pemimpin haruslah menjadikan Pancasila sebagai dasar dalam kehidupannya sehari-hari. Pasalnya, selama ini masyarakat sudah terbiasa mencontoh apa yang dilakukan oleh para pemimpinnya. Salah satu contoh yang bisa diberikan para pemimpin kepada masyarakat republik ini adalah cara hidup.
“Seluruh pemimpin harus memberi contoh hidup, teladan dan panutan di tengah krisis keteladanan sekarang ini. Kalau ada contoh dari pemimpin, saya kira masyarakat kita akan mengikutinya,” kata Karding.
Menurutnya, hidup dengan cara yang mencerminkan sila-sila dari Pancasila akan memberikan dampak positif pada masyarakat.
“Jauh lebih penting adalah contoh, sebab bangsa ini kekurangan contoh. Krisis contoh inilah, seperti contoh hidup bersahaja, jujur, menghormati orang tua, taat hukum, dan seterusnya,” kata Karding.
Sebagai ideologi, empat pilar MPR RI ini harus menjadi kurikulum pendidikan. Karena, memahami nilai-nilai Pancasila, Keindonesiaan, keragaman, kebhinekaan, kearifan lokal itu ya melalui kurikulum pendidikan yang paling efektif,” tegasnya.
Selanjutnya kata Sekjen DPP PKB ini, sosialiasi empat pilar akan efektif dengan memaksimalkan instrumen media sosial (Medsos) yang dikelola secara sistematis. Seperti isu Pilkada DKI Jakarta, ini menjadi berita nasional karena diberitakan oleh jejaring medsos secara massif.
“Contoh ini bisa dirumuskan untuk sosialiasi, sehingga menjadi produk medsos,” ujarnya.
Politisi PKS, Tiffatul Sembiring, mendukung dimasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Selain itu, diperlukan pula evaluasi dengan model mengumpulkan masyarakat dengan pidato dan semacamnya, karena masyarakat dengan model itu bisa bosan.
"Untuk itu diperlukan pemikiran yang lebih kreatif lagi untuk sosialiasi ke depan,” ujarnya.
Begitu juga Effendi Gazali, menilai meski telah berjalan baik, tapi sosialiasi empat pilar masih perlu perbaikan strategi budaya sama atau revolusi mental.
“Kalau itu berjalan, maka kita akan mendapat cahayanya dan di situlah indahnya kebersamaan. Seperti halnya dengan orang sakit masuk rumah sakit (RS), masih ditanya siapa yang menjamin? Seharusnya, yang menjamin itu 4 pilar,” katanya. (infojambi.com)
Laporan : Bambang Subagio ll Editor : M Asrori
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com