Belajar Ngopi (1) : Pilkada Brutal versus Hasil Survei

TIDAK seperti biasanya, pagi ini aku mencoba untuk menikmati segelas kopi pahit. Sesekali melupakan teman-teman karibku teh, susu ataupun teh tarik.

Reporter: - | Editor: Doddi Irawan
Belajar Ngopi (1) : Pilkada Brutal versus Hasil Survei
Anil Hakim

Saat jempol kanan mulai beraksi melihat WA grup, akhirnya aku sedikit mendapat pencerahan. Di dalam berita lainnya, seorang pengamat politik yang memang sudah tidak asing lagi dengan kegiatan survei menyurvei, seperti tak terlalu ambil pusing dengan hasil yang diklaim oleh kandidat tersebut.

Menurut penilaiannya, dengan jumlah responden yang sedikit dan margin of error yang cukup besar, hasil survei tersebut belum mencerminkan elektabilitas atau peluang kemenangan yang sesungguhnya. Ya, mungkin ada benarnya, karena dia yang lebih memahami dan bergelut di sana...

Baca Juga: Pemilu Tinggal Hitungan Hari, Ini 4 Pesan Penting Gubernur Jambi

Kemudian, aku pun kembali beralih membaca berita lainnya. Masih seputar Pilwako Jambi. Terlihat ada foto salah satu wartawan senior yang juga tokoh pers, Mursyid Sonsang, di beberapa media online. 

Jenderal, sapaan akrab dari orang dekatnya. Ya, wajar saja, sepak terjangnya di dunia pers harus diakui. Ada apa dengannya, tanyaku dalam hati ? Daripada penasaran, langsung saja kubuka salah satu berita.

Baca Juga: Ngegas… Dilla Hich Garap Desa dan Kelurahan

Mantan Ketua PWI Jambi tersebut berpendapat, bahwa pilkada yang brutal hasil survei belum menjamin. “Isi Tas dan Tim yang Tidak Berkhianat Menentukan'. Begitu katanya.

Mursyid Sonsang seolah ingin menyampaikan, bahwa hasil survei tidak begitu menjamin kemenangan di pilkada serentak November mendatang.

Baca Juga: KPU Provinsi Jambi Segera Bentuk Badan Ad Hoc PPK, PPS, KPPS Pilkada Serentak 2024

Berkaca dari pilpres dan pileg lalu, alumni Lemhannas 2012 itu melihat bahwa kekuatan finansial dan tim yang solid jauh lebih menentukan, siapa yang akan keluar menjadi pemenang di pilkada.

Wajar saja, menurut penerima Pers Card Number One (PCNO) dari PWI Pusat itu, dana sangat diperlukan untuk sosialisasi, honor saksi, mahar partai politik hingga “serangan fajar” yang sudah menjadi rahasia umum.

Dari sini aku paham, ternyata cukup banyak faktor penentu kemenangan pertarungan di pilkada. Tidak hanya hasil survei yang selalu diklaim sebagian kandidat di setiap perhelatan pemilu. Toh, beberapa kandidat yang memang banyak diunggulkan oleh hasil survei, justru berakhir dengan kekalahan.

Melihat fenomena yang terjadi pada pilpres dan pileg kemarin, rasanya betul ungkapan Bang Mursyid Sonsang, bahwa isi tas akan menjadi penentu.

Akhirnya, aku sampai pada tegukan ketujuh. Menunaikan niatku, mengikuti Bang Hery FR yang tempo hari seolah menantangku mencoba segelas kopi pahit.

Lain kali, bila bertemu, aku ingin mengatakan, mari kita coba minum segelas kopi pahit tanpa gula sama sekali. Tapi, jangan libatkan Bang Doddi Irawan, yang konon punya lima bintang itu, karena kabarnya beliau punya riwayat asam lambung… ***

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya