LAPORAN : BS || EDITOR : PM
INFOJAMBI.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) mengingatkan seluruh pihak terutama Pemda agar mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kemarau besar tahun 2021 diperkirakan pada Juni sampai dengan Oktober 2021.
"Kalau kita bicara masalah ancaman karhutla, kita melihat dari seluruh sisi dari ancaman kemarau kecil dan ancaman kemarau besar di bulan Juni sampai dengan September dan Oktober," ujar Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Herizal dalam acara Diskusi Media (Dismed) Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) secara virtual bertajuk " Tangkas Tangkal Kahutla", Senin (31/5/2021).
Berdasarkan pantauan BMKG, kondisi kemarau pada April dan Mei 2021 curah hujan lebih tinggi dibanding curah hujan rata- rata normalnya. Hal ini membuat ancaman karhutla tahun 2020 cukup rendah karena iklimnya basah, yang membuat tinggi muka air gambut tidak menurun.
Namun demikian kata Herizal, pada 2021 BMKG memprediksi bahwa musim kemarau sedang progres. Ia meminta agar langkah pengendalian dan mitigasi karhutla terus-menerus digalakkan. "Nah sekarang bagaimana dengan tahun ini? tahun ini kami prediksikan bahwa pertama bahwa kemarau sekarang sedang berprogres, " katanya.
Dari pengamatan BMKG, ada 55 persen daerah zona musim yang telah memasuki musim kemarau. Daerah tersebut di antaranya sebagian besar di Nusa Tenggara Timur, NTB, Bali sebagian besar di Jawa, Sumatra Selatan, Aceh, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Herizal menyatakan jika wilayah tersebut masih berwarna hijau berarti curah hujan masih banyak. "Tapi ketika beralih dari warna hijau menjadi warna coklat dan merah itu artinya sudah perlu diwaspadai, " ujarnya.
Sementara Wakil Gubernur Provinsi Riau Edy Nasution menegaskan
Aplikasi Dashboard Lancang Kuning Nusantara terbukti mampu menekan luas kebakaran hutan di Provinsi Riau. Aplikasi yang dikembangkan Kepolisian Daerah Riau ini digunakan untuk mendeteksi secara dini kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Edy Nasution mengatakan bahwa pemanfaatan aplikasi itu tentunya mengacu pada peristiwa tahun 2015, dimana kabut asap akibat karhutla di Riau sangat luar biasa. "Bahkan perekonomian juga sempat terhambat, bandara ditutup, dan anak sekolah sampai diliburkan, " katanya.
Sebenarnya lanjut Edy Nasuiton, jika dibandingkan luas kebakaran pada 2014 jauh lebih besar. Hanya saja ketika di 2015 itu, provinsi tetangga yang ada di Selatan, yakni Sumatra Selatan dan Jambi, ikut memberikan kontribusi sehingga seakan-akan tahun 2015 terjadi kebakaran hutan yang besar di Provinsi Riau.||
Baca Juga: BMKG : Masyarakat Diminta Waspada, Ancaman Puting Beliung Bisa Terjadi
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com