Cerita Seorang Penarik Bentor di Era Digital

DI tengah geliat ekonomi digital yang kian merata, QRIS tampil bukan hanya sebagai alat transaksi, tapi juga jembatan menuju peluang baru bagi pelaku usaha di berbagai lapisan.

Reporter: DOD | Editor: Admin
Cerita Seorang Penarik Bentor di Era Digital
Ilustrasi

DI tengah geliat ekonomi digital yang kian merata, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) tampil bukan hanya sebagai alat transaksi, tapi juga jembatan menuju peluang baru bagi pelaku usaha di berbagai lapisan. 

Dari pedagang kaki lima hingga transportasi tradisional, QRIS telah menjadi simbol inklusi keuangan yang nyata. 

Baca Juga: Bank Indonesia Perwakilan Jambi Dirampok, Belasan Karyawan Disandera

Salah satu kisah inspiratif datang dari seorang penarik becak bermotor (bentor), di Kawasan Wisata Candi Muaro Jambi. Karena namanya lupa, kita sebut saja Yati.

Dulu, Yati hanya mengandalkan uang tunai dari penumpang yang kadang tak membawa uang pas. Kini, dengan stiker QRIS yang terpampang di becaknya, Yati bisa menerima pembayaran digital dengan mudah. 

Baca Juga: Zola Harap Penelitian SEM Institute – BI Dorong Kemajuan UMKM

“Sekarang tidak perlu repot cari uang kembalian. Tinggal scan, langsung masuk,” ujarnya sambil tersenyum. 

Transformasi ini bukan hanya memudahkan transaksi, tapi juga membuka akses Yati ke ekosistem digital yang lebih luas. Yati mulai dikenal di media sosial, bahkan beberapa pelanggan memakai jasa bentornya, karena tahu bisa bayar non-tunai. 

Baca Juga: BI Jalin Kerjasama Kemandirian Ekonomi dan Pemanfaatan Teknologi Informatika

QRIS yang diinisiasi Bank Indonesia memang dirancang untuk menyatukan berbagai metode pembayaran digital dalam satu kode QR. Dengan satu kali scan, pengguna bisa membayar lewat e-wallet, mobile banking, atau aplikasi pembayaran lainnya. 

Tak heran, jika kini QRIS telah menjangkau jutaan pelaku usaha, termasuk warung kopi kekinian, penyedia jasa transportasi online, hingga pasar tradisional. 

Kampanye #BeriMakna yang digaungkan Bank Indonesia pun semakin menegaskan, bahwa QRIS bukan sekadar alat bayar. Ia adalah pintu masuk menuju literasi keuangan, efisiensi usaha, dan perluasan pasar. 

Di tengah tantangan ekonomi, QRIS hadir sebagai solusi yang inklusif dan adaptif. Cerita Yati hanyalah satu dari sekian banyak kisah sukses yang lahir dari pemanfaatan teknologi sederhana, namun berdampak besar. 

Dengan QRIS, ekonomi rakyat tak lagi tertinggal —justru makin terhubung dan berdaya. QRIS pertama kali diperkenalkan oleh Bank Indonesia pada 17 Agustus 2019, sebagai bagian dari Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025. 

Sebelum QRIS, sistem pembayaran digital di Indonesia terfragmentasi —setiap penyedia layanan memiliki QR code sendiri, yang menyulitkan konsumen dan pelaku usaha.

QRIS hadir sebagai solusi: satu kode untuk semua aplikasi pembayaran. Sistem ini mengacu pada standar global EMVCo (Europay, Mastercard, Visa), menjamin interoperabilitas dan keamanan transaksi. 

Sejak diberlakukan secara nasional pada 1 Januari 2020, QRIS telah menjadi tulang punggung transaksi digital di Indonesia.

Di Jambi, QRIS bukan sekadar teknologi, tapi menjadi gerakan sosial dan ekonomi. Menurut laporan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, sampai Maret 2025, jumlah merchant QRIS di Jambi mencapai 383.503.

Jumlah pengguna QRIS juga tumbuh positif, mencapai 586.188 pengguna. Volume transaksinya menembus 7.802372 transaksi, dengan nilai Rp.1,057 triliun. Sektor kuliner, pasar tradisional, dan UMKM menjadi prioritas utama dalam perluasan QRIS di Jambi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi aktif melakukan edukasi ke pelajar, mahasiswa, dan komunitas lokal sebagai bagian dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). QRIS bukan hanya soal transaksi, tapi fondasi ekonomi digital Indonesia. 

“Peningkatan ini menunjukkan antusiasme masyarakat Jambi terhadap transaksi digital yang praktis dan aman,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Warsono, kepada wartawan beberapa waktu lalu.

QRIS membuka peluang pencatatan transaksi otomatis yang bisa digunakan untuk akses kredit dan sistem perpajakan. Menyongsong Ekonomi Digital 2030, QRIS menjadi bagian penting ekonomi digital Indonesia yang diperkirakan mencapai USD 360 miliar pada 2030. ***

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya