Oleh: Haritsah Mujahid
Mahasiswa S1 Istanbul University
Pada 23 April 2025, Istanbul mengalami guncangan besar akibat gempa berkekuatan 6,2 magnitudo yang berpusat di Laut Marmara, dekat Silivri.
Baca Juga: WNI Yang Dituduh Terlibat Kudeta Turki Dibebaskan
Sebagai mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di kota ini, saya merasakan langsung betapa besarnya dampak dari bencana tersebut, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara psikologis.
Sekitar pukul 12:49 siang waktu setempat, saya bersama beberapa teman serumah tengah berbincang santai di ruang tengah. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan, hingga tiba-tiba terjadi guncangan yang sangat kuat.
Baca Juga: Gempa di Aceh, Empat Orang Meninggal dan Puluhan Terluka
Tanpa berpikir panjang, kami semua langsung berlari keluar rumah. Suasana yang sama terjadi di seluruh lingkungan sekitar, para warga berhamburan ke jalan, mencari area terbuka supaya lebih aman.
Kami bertahan di luar rumah selama beberapa jam hingga situasi dirasa lebih aman.
Baca Juga: Erdogan: Pengucilan Qatar Adalah Tindakan yang Tidak Manusiawi dan Islami
Malam harinya, banyak dari kami yang tetap waspada dan memilih tidur dalam keadaan siap-siaga, mengantisipasi kemungkinan gempa susulan.
Saya juga mendapatkan kabar dari beberapa teman diaspora Indonesia lainnya yang tinggal lebih dekat dengan pusat gempa, bahwa mereka sempat mengungsi beberapa malam ke lokasi yang lebih aman.
Menurut laporan resmi, lebih dari 2.900 bangunan mengalami kerusakan di Istanbul dan sekitarnya. Pemerintah setempat segera mengambil langkah cepat:
Sekolah-sekolah di Istanbul dan Tekirdağ ditutup selama dua hari pasca-gempa untuk memastikan keamanan bangunan.
Taman-taman kota dan masjid besar dibuka untuk menampung warga yang membutuhkan tempat perlindungan sementara.
Pemerintah Turki juga mengerahkan lebih dari 3.500 personel tanggap darurat, termasuk 18 anjing pelacak, untuk mempercepat evakuasi dan pencarian korban.
Gempa ini diikuti oleh lebih dari 260 gempa susulan, termasuk dua gempa bermagnitudo di atas 5,0.
Walaupun situasi kini sudah lebih stabil, para ahli memperingatkan bahwa wilayah Istanbul masih berada dalam risiko gempa besar ke depan, mengingat posisi kota ini di atas Sesar Anatolia Utara yang aktif.
Sebagai mahasiswa yang mengalaminya langsung, saya ingin berbagi beberapa catatan yang semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua:
Kesiapsiagaan sangat penting. Penting untuk mengetahui rencana evakuasi, titik kumpul darurat, dan memperhatikan kondisi bangunan tempat tinggal.
Pentingnya ketenangan saat bencana. Banyak korban luka ringan justru terjadi karena panik berlebihan saat evakuasi.
Waspada terhadap gempa susulan. Meskipun gempa utama sudah berlalu, potensi gempa susulan bisa tetap membahayakan, terutama untuk bangunan yang sudah rapuh.
Perlu edukasi terus-menerus. Baik bagi masyarakat Indonesia di luar negeri maupun di tanah air, penting untuk memahami prosedur dasar mitigasi bencana gempa bumi.
Kini, kondisi di Istanbul sudah jauh lebih kondusif. Kami semua tetap menjalani aktivitas dengan lebih waspada, mengikuti arahan dari otoritas lokal dan pihak universitas.
Dukungan dan doa dari keluarga di Indonesia sangat berarti bagi kami di sini.
Semoga pengalaman ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya kesiapsiagaan, tanpa perlu menunggu hingga bencana benar-benar terjadi. ***
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com