INFOJAMBI.COM - Kepolisian Daerah Jambi kembali menguatkan buktinya dengan melakukan pemeriksaan di SMPN 1 Bayang dan Dinas Pendidikan Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Pemeriksaan ini adalah hasil rekomendasi dari gelar perkara yang dilakukan sebelumnya, terhadap dugaan penggunaan identitas ijazah SMP milik orang lain yang dilakukan oleh Amrizal anggota DPRD Provinsi Jambi periode 2024-2029.
Baca Juga: LSM KOMPEJ “Gugat” Ijazah Amrizal
Informasi dirangkum, pemeriksaan berlangsung selama dua hari, sejak Rabu dan Kamis, 2 sampai 3 Oktober 2024. Penyidik memeriksa Kepala Dinas Pendidikan Pesisir Selatan, Salim Muhaimin, dan Kepala SMPN 1 Bayang, Nasirwan.
Keduanya menyimpulkan serta kembali menegaskan bahwa Buku Pokok (BP) atau nomor ijazah 431 dipastikan bukan milik Amrizal lahir di Kemantan Kerinci pada 17 Juli tahun 1976 yang kini anggota DPRD Provinsi Jambi, melainkan hanya dimiliki satu orang yakni Amrizal yang lahir di Kapujan pada 12 April tahun 1974.
Baca Juga: Ungkap Dugaan Ijazah Palsu, Pekan Ini DPD I Golkar Jambi Panggil Amrizal
BP atau nomor induk merupakan nomor khusus yang hanya dimliki satu orang sebagai nomor identitas siswa sampai dinyatakan lulus.
Amrizal lahir di Kapujan terdaftar memiliki BP 431 yang tamat pada tahun ajaran 1989/1990 setelah mengikuti proses belajar selama tiga tahun, kemudian mengikuti ujian sehingga memperoleh ijazah yang sah. Hal tersebut juga dibuktikan dalam buku asli pengambilan ijazah, yang sebelumnya sempat dikabarkan hilang saat pemeriksaan awal.
Baca Juga: “Menggugat” Ijazah Palsu Kader Golkar Terus Berlanjut, KOMPEJ Kembali Datangi Polda Jambi
Mereka meyakini surat keterangan kehilangan yang diandalkan Amrizal lahir di Kemantan Kerinci --kini anggota DPRD Provinsi Jambi-- dikeluarkan pada Agustus 2007 oleh Erman Ahmad mantan kepala SMPN 1 Bayang, mengambil atau mencatut data hak milik orang lain. Kuat dugaan bahwa Erman Ahmad tanpa melihat data terlebih dahulu.
"Dapat disimpulkan bahwa ijazah tersebut milik Amrizal lahir di Kapujan. Pertama, dia terdaftar sebagai siswa. Kedua, mengikuti proses belajar selama tiga tahun. Ketiga, mengikuti ujian, sehingga memperoleh ijazah atau STTB yang sampai saat sekarang dimilikinya, " kata seorang sumber di Pesisir Selatan.
Sebelumnya, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudhistira memastikan kasus Amrizal terus ditangani oleh Subdit I Direktorat Kriminal Umum Polda Jambi.
"Sudah dilakukan gelar perkara oleh rekan-rekan penyidik, kemudian direkomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan terhadap dinas pendidikan serta SMP di daerah Bayang Pesisir Selatan," ujar Andri kepada wartawan, Minggu lalu, 29 September 2024
Setelah dari situ, pihaknya akan kembali menggelar perkara untuk menentukan status penanganan selanjutnya.
"Dari pemeriksaan tersebut nantinya akan menjadi bahan gelar untuk menentukan langkah berikutnya," kata Andri
Asal tahu saja, modus diduga dilakukan Amrizal, seolah-olah tamat dari SMPN 1 Bayang dengan mengandalkan surat kehilangan yang dikeluarkan Kepala Sekolah bernama Erman Ahmad pada Agustus 2007.
Surat tersebut digunakan Amrizal untuk mendapat ijazah Paket C dari sekolah PKBM Albaroqah di Desa Bedung Air, Kecamatan Kayu Aro, Kerinci di tahun 2007, guna sebagai syarat mencalonkan diri dalam kontestasi Pemilu Anggota DPRD Kabupaten Kerinci tahun 2009, tetapi mengalami kegagalan. Pada 2014 dan 2019, ia terpilih sebagai anggota DPRD Kerinci, dan di pileg tahun 2024 terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jambi.
Ali Amri, kepala sekolah setelah Erman Ahmad kemudian mengeluarkan surat lagi, meluruskan kesalahan dari surat dia sebelumnya yang telah melegalisir dan mengakui surat kehilangan ijazah milik Amrizal yang dibuat oleh Erman Ahmad. Begitu juga dengan kepala sekolah setelahnya, Harmen, memastikan ijazah itu bukanlah milik Amrizal anggota DPRD.
“Ketika dicek keabsahannya di buku pengambilan ijazah/STTB tamatan tahun ajaran 1988-1990 tidak ada nama Amrizal alamat Kemantan Kerinci yang lahir 17 Juli tahun 1976 dengan nomor BP 431 dan nomor STTB 0728387. Yang ditemukan adalah data Amrizal yang lahir di Kapujan pada 12 April tahun 1974, dengan nomor BP 431 dan nomor seri STTB 537,” ujar Harmen.
Menariknya, kelakuan Amrizal mampu meraih gelar S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Nusantara Sakti (STIA-Nusa) pada tahun 2022. Gelar Sarjana Administrasi Pemerintahan (SAP) ini patut dipertanyakan mengingat ketidakjelasan latar belakang SMP-nya adalah menggunakan identitas milik orang lain. Ijazah S1 kabarnya juga dipakai Amrizal saat mendaftarkan diri menjadi Caleg DPRD Provinsi Jambi.
Tak cukup sampai di situ, Amrizal juga memperoleh surat kehilangan dari SDN 11 Kapujan yang dikeluarkan pada bulan dan tahun yang sama –Agustus 2007–. Ini semakin memperkuat dugaan bahwa sejak awal Amrizal tidak pernah mengikuti proses belajar yang seharusnya menjadi syarat untuk memperoleh ijazah.
PENGAKUAN PEMILIK IJAZAH NOMOR BP 431
Amrizal yang lahir di Kapujan telah memenuhi panggilan Polda Jambi, Rabu, 21 Agustus 2024. Amrizal memastikan bahwa ijazah miliknya masih ia simpan hingga kini. Ia menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Bayang pada tahun ajaran 1989/1990, nomor BP 431 dengan nomor seri STTB 537, dan ijazah tersebut tercatat sebagai miliknya terakhir sebagai siswa di SMP Muhammadiyah di Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
“Awak (saya) tamat SMPN 1 Bayang tahun 90, dari SMP Muhammadiyah yang gabung ujiannya,” ujar Amrizal, di Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Awalnya, ia tak tahu menahu identitasnya dipakai oleh Amrizal yang sudah sepuluh tahun menjabat sebagai anggota DPRD Kerinci, hingga muncul surat kehilangan dari SMPN 1 Bayang di tahun 2007. Amrizal tak habis pikir bagaimana bisa identitas dirinya dipakai oleh orang lain.
“Awak (saya) terkejut sajo kan, anggota DPRD ini makai (ijazah) namo awak (saya). Yang bermasalah dia, awak (saya) dak mau dibawa-bawa,” kata Amrizal.
Amrizal merupakan buruh petani sawit yang bekerja di kebun milik orang lain dan pulang setiap akhir pekan.
Istri Amrizal, Indrayani, mengetahui identitas suaminya dipakai oleh orang lain setelah kasus ini menjadi viral, sehingga banyak keluarga yang kemudian bertanya kepadanya.
Situasi tersebut membuat Indrayani merasa tidak tenang dan dihantui rasa ketakutan, sampai mengalami kecemasan berlebihan ketika menerima tamu yang tidak dikenal.
“Kami memang gak ada salah, bapak jarang di rumah. Saya yang sering di rumah, jadi takut kalau dengan datang orang. Kalau gak ada bapak di rumah, saya gak kenal, saya intip saja. Kalau gak kenal, gak mau buka pintu karena takut,” jelas Indrayani.
Amrizal dan Indrayani tidak mengenal Amrizal. Indrayani mengaku khawatir persoalan ini menyeret suaminya. Selama ini, mereka belum berani mengungkapkan hal tersebut sebelum ada pemanggilan resmi dari kepolisian.
“Dia (suami) lahir tahun 74, dia (Amrizal DPRD) tahun 76, memang beda. Sama sekali memang nggak ada sangkut pautnya sama kami, jangan disangkut pautkan sama kami, kami masyarakat biasa,” kata Indrayani.
Reaksi Amrizal asli dan Indrayani berharap agar masalah ini dapat cepat teratasi dan keadilan dapat ditegakkan demi melindungi nama baik keluarga mereka.
Senada juga dikatakan Rita Yuharti, kakak kandung Amrizal. Rita meyakini adiknya tidak mengetahui dan tidak memahami bahwa identitasnya dipakai oleh orang lain.
“Ambo raso inyo indak mengerti,” kata Rita, Guru SMAN 1 daerah Koto XI Tarusan Painan tersebut. ***
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com