Masyarakat yang seharusnya menjadi pemilik suara, justru dipaksa memilih antara ketidakpastian atau ketiadaan pilihan. Wacana skema ini tidak hanya mencederai demokrasi lokal, tetapi juga mengkhianati amanat leluhur yang mengajarkan untuk selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan segala persoalan.
Upaya pemborongan partai politik demi mengkonsolidasikan kekuatan juga mencerminkan praktik politik transaksional yang mengabaikan kepentingan rakyat banyak. Partai-partai yang seharusnya menjadi wakil dari suara masyarakat, kini seolah-olah hanya menjadi alat tawar-menawar dalam perebutan kekuasaan.
Isu tekanan politik yang dialami oleh salah satu calon kandidat, Kader murni yang tidak diusung oleh partainya sendiri, semakin memperjelas betapa kotornya praktik politik di tanah Melayu Jambi saat ini.
"Tak lari gunung dikejar," demikianlah seloko yang mengingatkan bahwa keadilan akan selalu menemukan jalannya, meskipun mereka yang berkuasa berusaha sekuat tenaga untuk menutupinya.
Dinamika ini semakin diperparah dengan adanya tekanan-tekanan politik yang ditujukan untuk menjegal salah satu kandidat, sebuah praktik yang tidak hanya merusak semangat persaingan sehat, tetapi juga menodai kesucian proses demokrasi itu sendiri.
Namun, di tengah segala tipu daya dan tekanan, masih ada harapan bahwa masyarakat Jambi akan bangkit dan menuntut perubahan. Mereka sadar bahwa politik yang sehat dan beretika adalah kunci untuk mencapai kemakmuran dan keadilan yang sejati.
Kini, saatnya bagi kita semua untuk kembali ke akar, menghormati nilai-nilai Melayu yang luhur, dan menuntut para pemimpin kita untuk bertindak sesuai dengan amanah rakyat.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com