Doni Ikuti Jejak Condro Jadi Komisaris BUMN Stategis

| Editor: Admin
Doni Ikuti Jejak Condro Jadi Komisaris BUMN Stategis
Letjen Pur Doni Monardo ( tengah) dan Komjen Pur Condro Kirono ( paling kanan) saat perpisahan dengan warga Ciwaluh, Sukabumi tahun 2012 lalu. Saat ini Doni diangkat jadi Komut PT Inalum dan Condro Kirono, Komisaris Pertamina. ( Poto ist)




Brigjen TNI Doni Monardo ( tengah) dan Brigjen Pol Condro Kirono ( paling kanan) saat perpisahan peserta Lemhannas PPSA 18 dengan warga Ciwaluh Sukabumi tahun 2012 lalu. Saat ini Letjen Pur Doni Monardo diangkat Komut PT Inalum dan Komjen Pur Condro Kirono, Komisaris Pertamina. ( Poto ist)




INFOJAMBI.COM - Duo Alumni Lemhannas PPSA 18 setelah pensiun dari Polri dan TNI saat ini menduduki jabatan Komisaris BUMN. Komjen Pol Pur Condro Kirono diangkat jadi Komisaris Pertamina, sebelumnya Condro Kirono menjabat Kabarhakam Polri. Begitu juga Letnan Jenderal TNI Pur Doni Monardo, pensiun dari TNI dengan jabatan terakhir Kepala BNPB.

Sepak Terjang Condro Kirono

Lalu siapa Condro Kirono? Sebelum menjadi Komisaris Pertamina, Condro menjabat sebagai Analis Kebijakan Utama Polri. Jabatan itu baru dipegangnya kurang dari dua minggu, sejak 8 November 2019. Sebelumnya menjabat Kabarhakam Polri, Kapolda Jawa Tengah, Kakorlantas dan Kapolda Riau.


Condro merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 1984. Banyak berpengalaman di lalulintas. Alumni Lemhannas tahun 2012 itu pernah menjadi viral di media saat menjabat Kakorlantas.

Baca Juga: Kemkominfo Putus Akses Ribuan Hoaks terkait COVID-19 dan Vaksinasi


Condro memeriksa seorang polisi yang menerima "salam tempel" di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Pemberian duit kepada polisi ini terekam dalam sebuah video yang diunggah di YouTube.


"Kami sudah melakukan penertiban. Kalau masih ada oknum yang menerima, akan kami berikan sanksi," kata Condro Kirono kepada wartawan.

Baca Juga: Kenangan Doni Monardo dengan Almarhum Achmad Yurianto : Pekerja Keras dan Rajin


Polisi yang menerima duit tersebut, kata Condro, dapat dijatuhi sanksi disiplin, sanksi kode etik, atau sanksi lain. Mantan Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Yogyakarta ini juga mengimbau masyarakat agar tidak memberi "salam tempel" kepada polisi. "Penerima dan pemberi sama-sama salah," katanya.


Begitu juga saat Condro Kirono Kapolda Jawa Tengah pada 2016 memecat seorang anak buahnya yang berpangkat brigadir karena merupakan seorang homoseksual. Surat Keputusan pemecatan dari Condro pun terbit pada 27 Desember 2018.

Baca Juga: Kisah Doni Monardo melakukan Pembibitan Pohon, Dari Istana ke Bukit Asam


Saat itu, Komisi Kode Etik Polda Jawa Tengah menganggap polisi berpangkat brigadir tersebut melanggar Pasal 7 ayat 1 huruf b Pasal 11 huruf c, Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri. Ketentuan ini sebenarnya mengatur norma susila, bukan soal orientasi seksual. Keputusan ini pun digugat balik oleh polisi berpangkat brigadir tersebut ke Pengadilan Tata Usaha Negeri Semarang.


Masih sebagai Kapolda Jawa Tengah, Condro Kirono juga pernah menyatakan pihaknya bakal bertanggung jawab atas insiden kekerasan terhadap wartawan di Banyumas, Jawa Tengah. Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas aksi kekerasan anggotanya saat mengantisipasi unjuk rasa penolakan terhadap pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Baturraden, Jawa Tengah.


“Kami atas nama Kapolda Jawa tengah dan Kepolisian RI menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tadi malam yang mengakibatkan luka-luka dari massa dan media,” kata Condro di Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 10 Oktober 2017. "Tentu kami akan bertanggung jawab."


Setelah dari Jawa Tengah, Condro Kirono pun tercatat menjadi Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri tahun 2019. Jabatan ini ia pegang sampai menjadi Analis Kebijakan Utama Polri, hingga saat ini, Komisaris Pertamina.


Siapa Doni Monardo

Doni lahir di Cimahi tahun 1963, ketika itu Ayahnya  Letnan Kolonel Nasrul Saad menjadi Polisi Militer di daerah tersebut. Doni ikut berpindah pindah mengikuti ayahnya ditugaskan.

Berstatus anak kolong, membuat Doni Monardo sudah terbiasa hidup nomaden dari kota ke kota demi panggilan tugas sang Ayah. Bersekolah SMP di Lhokseumawe, lalu kembali ke Padang ketika SMA. Ingin seperti sang Ayahnya, sehingga memutuskan masuk ke Akademi Militer Nasional, dan tercatat sebagai lulusan angkatan tahun 1985.
Suatu masa di tahun 1992, ia menikahi Santi Aviriani yang juga berdarah Minang dan dikaruniai tiga sosok buah hati yang melengkapi kehidupan mereka.

Garis start awal karirnya bermula di kesatuan pasukan elit Kopassus, sejak tahun 1986 hingga 1998. Pengalaman bertempur langsung berhadapan kelompok separatis Fretilin di Timor-Timur dan GAM di Aceh dulu saat beroperasi, diakui membentuk karakter diri Doni Monardo. Keahliannya juga terbilang unggul perihal bidang infanteri.

Setelah dua belas tahun digembleng ala Kopassus, pada tahun 1999 Doni yang jago dalam keahlian menembak, ditugaskan pada Batalyon Raider di Pulau Dewata Bali. Hanya dua tahun ia terlibat hingga tahun 2001.Kemudian pada tahun 2004, Istana memanggil dirinya. Ia ditugaskan untuk menemani dan mengawal keseharian RI-1 sebagai ‘Perisai Hidup’ yakni Paspampres. Dua tahun menjalaninya, di tahun 2006 ia dipindah tugaskan ke tanah seberang, Celebes, Sulawesi.  Kali ini perannya sebagai Komando Cadangan Strategis (KOSTRAD) Makassar, Sulawesi Selatan.

Dua tahun setelahnya di tahun 2008, Doni kembali lagi sebagai ‘Perisai Hidup’ Paspampres. Dengan jabatan memimpin Grup A sebagai Komandan, berarti ia sedikit lebih dekat karena langsung berhadapan dengan Presiden dan keluarganya. Grup A Paspampres ini setara dengan kekuatan 4 detasemen.

Setelah Paspampres, di tahun 2010 Doni dipercaya sebagai Danrem 061/Surya Kencana selama satu tahun hingga 2011. Status Wakil Komandan Jenderal (Wadanjen) Kopassus sempat dijalaninya periode 2011-2012.

Ketiga kalinya tenaga Doni diminta kembali ke lingkungan Istana. Memuncaki jabatan dari sebelumnya sebagai Komandan Paspampres periode 2012-2014. Ia sempat merasakan menjaga dua sosok presiden, Susilo Bambang Yudhoyono kala masa aktinya, dan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ketika hendak berpindah tongkat estafet kepemimpinan di tahun 2014.

Serdadu yang ahli dalam menembak pun pulang kendang ke dalam korps baret merah, sebagai Komandan Jenderal Kopassus periode 2014-2015. Perjalanan Doni berlanjut lewat status Pangdam, yang nantinya menjadi catatan terakhir jabatannya di dunia militer.

Sebagai Pangdam XVI/Patimura Kota Ambon periode 2015-2017. Dan Pangdam III/Siliwangi Kota Bandung yang hanya setahun dijalaninya, periode 2017-2018.

Setelah tahun 2018, Doni Monardo tak terlibat lagi berkarir di militer. Persinggahan berikutnya adalah mengemban misi sebagai Sekretaris Jenderal Wantannas mulai dari 2018-2019. Jabatan inilah yang kemudian dipoles apik di bulan Januari 2019 saat dilantiknya Doni Monardo sebagai Kepala BNPB, menyusul Ketua Gugus Tugas Percepatan COVID-19 di bulan Maret 2020 dan mengahiri jabatan sebagai kepala bulan Juni 2021 lalu.

Pengangkatan Doni sebagai Komut Inalum mendapat ucapan selamat dan berharap dengan pengalaman yang sangat perhatian tentang lingkungan bisa pengelolaan sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat Indonesia. 

*** Mursyid Sonsang***

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya