Jarimu, Jerujimu : PRIMITIVISME INTELEKTUAL

Sang peneliti ditahan setelah sebelumnya viral karena diduga melakukan ujaran kebencian di media sosial dengan diksi-diksi penuh murka kepada warga Muhammadiyah.

Reporter: - | Editor: Admin
Jarimu, Jerujimu : PRIMITIVISME INTELEKTUAL
Bahren Nurdin

Sebagai warga Muhammadiyah tentu hal-hal semacam inilah yang selalu ditanamkan dengan baik. Dalam berbagai tingkatan pengkaderan warga Muhammadiyah selalu diingatkan bagaimana menjalani keseharian dengan nilai-nilai kebaikan. Hal kecil misalnya, warga Muhammadiyah dibekali buku kecil “Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah” yang merupakan keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 44 tahun 2000 di Jakarta. Misalnya:

“Setiap warga Muhammadiyah dalam melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas dalam wujud amal-amal shalih dan ihsan, serta menjauhkan diri dari perilaku riya, sombong, ishraf, fasad, fahsya, dan kemunkaran”

Baca Juga: Gubernur : Kemajuan Desa Terwujud Jika Didukung Perangkat Desa

Maka apakah warga Muhammadiyah bersuka ria dengan ditangkapnya saudara APH? Tidak sama sekali! Lihatlah, tidak ada euporia atas penangkapan ini. Dari lubuk hati paling dalam, warga Muhammadiyah iba dan  bersedih. Muhammadiyah tidak didirikan di atas kebencian, tidak untuk melawan kaum lain, tidak juga menjadi musuh siapa pun! Muhammadiyah hadir membawa sinar peradaban. Sang Pencerah!

Lihatlah, hari-hari terakhir ini kader Muhammadiyah malah sibuk ‘berparade’ memeluk hangat kedatangan WNI yang  terdampak perang dan baru saja datang dari Sudan dengan berbagai bantuan yang diberikan. Bersama pemerintah dan lembaga lainnya, Tim Taskforce Muhammadiyah telah bahu membahu membantu dan menyelamatkan nyawa anak-anak negeri. Sungguh, alasan apa lagi sehingga masih ada yang nyinyir menyebut warga Muhammadiyah anti NKRI yang tidak patuh pemimpin negeri hanya karena berbeda pendapat dalam menentukan hari. Ayolah…

Baca Juga: Wabup Tanjabtim Sidak, Sejumlah Masalah Terungkap

Lantas mengapa APH dilaporkan ke polisi? Sungguh tidak ada kebencian di sini. Dan, tidak boleh ada narasi yang dibangun bahwa Muhammadiyah membalas kritik dengan pidana. Selain permintaan yang bersangkutan sendiri, cara ini ditempuh tentunya untuk membuktikan bahwa warga Muhammadiyah itu taat hukum dan patuh akan  perintah konstitusi (tidak main hakim sendiri). Siapa pun tidak boleh lalai hukum. Dalam konteks ini, bagi Muhammadiyah saatnya para panglima hukum ‘angkat senjata’. Wadahnya para lawyer membacakan dalil-dalil. Panggungnya kaum muda mengepalkan tangan membela kebenaran. 

Yakinlah, kepribadian Muhammadiyah itu akan selalu mengedepankan keutuhan bangsa (persatuan Indonesia), serta pentingnya membangun Indonesia yang berkemajuan dalam hal penegakan hukum. Agaknya masyarakat luas juga harus terus tercerahkan agar bisa membedakan mana yang kritik dan mana yang ujaran kebencian atau fitnah sehingga tidak mudah diprovokasi.

Baca Juga: Safari Ramadhan, Wagub Ingatkan Pejabat Ikuti Aturan

Lebih dari itu, tentu kasus ini harus dijadikan pelajaran sebesar-besarnya bagi kita semua. Hari ini, ‘jarimu, jerujimu’. Jika tidak hati-hati, jari-jari yang menari di atas screen smartphone bisa saja berubah menjadi jeruji-jeruji bui. Saatnya membagun kesadaran pentingnya kesantunan dalam bermedia social. Kendalikan emosi dan diksi agar tidak menjadi urusan Polisi di kemudian hari. Saring sebelum sharing!

Bersambung ke halaman berikutnya

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya