PENULIS : RIFKY RHOMADONI
Baca Juga: Ditegur Walikota, Ini Jawaban Pertamina
INFOJAMBI.COM — Pertamina ternyata tidak hanya fokus mengelola minyak dan gas bumi. BUMN yang memiliki 18 anak perusahaan ini juga ikut memperhatikan lingkungan dan masyarakat sekelilingnya.
Salah satunya mengangkat dan melestarikan budaya lokal. Ini dilakukan oleh Pertamina EP Asset I Jambi Field. Dengan dana CSR-nya Pertamina menghimpun para pengrajin batik Jambi.
Baca Juga: Polda Jambi Ciduk Pencuri Besi Pipa Pertamina
Kelompok batik Jambi binaan Pertamina EP Asset I Field Jambi didirikan di Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin. Kelompok ini diberi nama Batik Danau Sipin Jajaran.
Nama Danau Sipin dipakai lantaran Kelurahan Legok berada di kawasan Danau Sipin. Danau ini berada persis di tengah Kota Jambi dan merupakan ikon Kota Jambi.
Baca Juga: Klarifikasi Penangkapan Tindak Pidana Pencurian di Pertamina EP Field Jambi
Anggota kelompok Batik Danau Sipin Jajaran seluruhnya menetap di Legok. Kelompok ini diketuai oleh Tinah (42).
Pertamina sengaja memilih kawasan Danau Sipin sebagai salah satu lokasi binaan. Sebagian besar warga di sekitaran Danau Sipin berekonomi lemah.
Alasan lain, selama ini penilaian buruk melekat bagi daerah ini. Masyarakat menuding wilayah ini sebagai “kampung narkoba”, lantaran banyak pengedar dan pengguna narkoba ditangkap di sini.
Dengan menggelontorkan dana CSR-nya di Kelurahan Legok, Pertamina ingin ikut meningkatkan perekonomian warga Legok dan sekitarnya.
Menurut Jambi Legal and Relation Assisten Manager Pertamina Jambi Field, Ari Rachmadi, CSR memilih kawasan Danau Sipin melalui asessment dan potensi yang dimiliki warga sekitar. Kelurahan Legok dinilai layak mendapat bantuan CSR.
“Salah satu tujuan CSR harus sejalan dengan program pemerintah, membantu perekonomian masyarakat,” kata Ari.
Pertemuan Tinah dangan tim CSR Pertamina bermula saat Tinah dan warga lainnya tergabung dalam kelompok anyaman koran. Mereka mengikuti pelatihan dan pembinaan oleh Pertamina tahun 2015.
Melihat potensi kelompok anyaman koran itu, Pertamina mengajak mereka mengikuti pelatihan membatik, pada awal 2018. Tak lama berselang, 2 April 2018, dibentuk Kelompok Batik Danau Sipin Jajaran.
Kelompok batik ini diberi modal awal. Selain itu juga diberi pendampingan, agar tujuan CSR Pertamina memberdayakan dan meningkatkan ekonomi warga terwujud. Pertamina berupaya kawasan Danau Sipin terlepas dari image “kampung narkoba”.
Pertamina memberikan pendampingan kepada kelompok ini selama lima tahun. Harapannya kelompok batik Danau Sipin Jajaran mampu mandiri.
Di awal berdiri, rumah batik ini hanya beranggotakan lima orang. Sebagai ketua, Tinah bertugas mengajak warga lainnya ikut bergabung. Namun bukannya diterima, ajakan Tinah malah menjadi cemoohan.
Upaya Tinah banyak mendapat penolakan dari warga. Tinah bahkan sempat dikucilkan oleh orang-orang di kampungnya. Tapi Tinah tidak patah arang.
Tekad Tinah sudah kuat. Dia ingin merubah perekonomian dan wajah Danau Sipin, dari “kampung narkoba” menjadi “kampung batik”. Tinah berusaha menyelamatkan generasi muda dari bahaya narkoba.
“Terus saya ajak, agar mereka berubah, meninggalin bisnis itu, juga menyelamatkan masa depan anak-anak di sini supaya tidak terpengaruh narkoba,” ujar Tinah.
Seiring waktu, satu tahun lebih berjalan, kelompok Batik Danau Sipin Jajaran telah beranggotakan 18 orang. Semuanya berasal dari kawasan Danau Sipin.
Saat ini kelompok Batik Danau Sipin Jajaran mampu mencetak ratusan kain batik. Omzetnya 5 - 20 juta rupiah per bulan. Setiap pengrajin memiliki pendapatan Rp.500 ribu hingga Rp 2 juta sebulan.
Para pengrajin menggunakan dua sistem pewarnaan, yakni warna alami dan kimia. Pewarna kimia bahannya sudah jelas mengandung zat kimia.
Sedangkan pewarna alami menggunakan pewarna dari limbah yang ramah lingkungan, seperti kulit jagung kering, kulit jengkol dan sabut kelapa.
Kelompok Batik Danau Sipin Jajaran memiliki satu motif batik. Motif ini hasil karya para pengrajin dan sudah mendapatkan hak paten, yakni motif ikan bajubang. Ikan ini banyak terdapat di dalam Danau Sipin.
Program ini sudah memasuki tahun kedua. Dahulu para pengrajin sebagian besar tidak memiliki penghasilan bulanan. Mereka hanya mengandalkan penghasilan suami.
Kini mereka memiliki penghasilan cukup, bisa membantu perekonomian keluarga. CSR Pertamina tidak lagi memberi modal, karena sudah mandiri. Meski begitu Pertamina tetap memberi pendampingan.
Para pecinta batik bisa datang langsung ke Rumah Batik Danau Sipin Jajaran, di Kelurahan Legok. Lokasinya bersebelahan dengan Kantor Lurah Legok. Atau bisa juga dibeli secara online.
Harga per meter kain batik pewarna kimia dan alami tidak sama. Batik pewarna kimia dibandrol dengan harga 200 - 400 ribu rupiah per meter.
Batik pewarna alami bisa didapat dengan harga 500 ribu sampai dua juta rupiah per meter. Batik ini lebih mahal. Proses pengolahan bahan alami butuh waktu cukup lama. Tingkat kesulitan pembuatannya juga lebih tinggi.
Batik alami memiliki keunggulan dibanding batik dengan pewarnaan kimia. Batik alami warna kainnya semakin lama semakin cerah dan tidak pudar, tidak seperti batik dengan pewarna kimia.
Untuk bergabung dengan Kelompok Batik Danau Sipin Jajaran tidaklah rumit. Cukup datang ke rumah batik untuk belajar membatik bersama. Calon peserta tetap diseleksi, untuk melihat keseriusannya.
CSR Pertamina juga mendorong anggota kelompok batik yang sudah mahir membuka usaha batik sendiri. Kelompok batik ini merupakan program CSR unggulan Pertamina EP Asset I Jambi Field.
Program CSR Pertamina dan harapan Tinah ingin meningkatkan ekonomi masyarakat Danau Sipin, serta merubah pandangan terhadap daerah Danau Sipin sudah menunjukkan titik terang. “Kampung narkoba” itu kini perlahan berubah menjadi “kampung batik”. ***
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com