INFOJAMBI.COM - Partai Golkar diprediksi akan menjadi partai pengusung di peta pertarungan Pilwako Jambi 2024.
Hal itu diungkapkan oleh pengamat politik Universitas Jambi (Unja), Dori Effendi M.Soc.Sc Ph.D, Selasa (6/8/2024).
Baca Juga: PAN Hormati Keputusan Partai Golkar
Dori memprediksi, Golkar tidak akan menjadi pengekor dengan hanya menjadi pendukung dalam pertarungan Pilwako Jambi 2024.
Menurut Dori, Partai Golkar akan menjadi garda terdepan, atau motor utama, dalam memenangkan pertarungan lima tahunan tersebut.
Baca Juga: UU Daerah Kepulauan Syarat Utama bagi Kemajuan dan Kesejahteraan Daerah
"Artinya, Golkar tidak akan menjadi pendukung, tapi pengusung untuk Budi Setiawan di Pilwako Jambi," ungkap Dori.
Doktor jebolan Malaysia ini menjelaskan, ada beberapa faktor utama yang menjadi alasan penting Golkar mengusung Budi Setiawan di Pilwako Jambi.
Baca Juga: Sidang Kasus Politik Uang Pilwako Jambi, Masih Terus Berlanjut
Budi merupakan kader murni Golkar. Dia juga Ketua Partai Golkar Kota Jambi.
Di masa Budi lah Golkar di DPRD Kota Jambi meraih delapan kursi, yang sebelumnya hanya empat kursi.
“Budi Setiawan masih muda, bisa dimanfaatkan oleh Golkar kedepannya," jelas Dori.
Dori memaparkan alasan kuat Golkar mengusung Budi Setiawan. Jika dia wali kota, Golkar akan menjadi partai penguasa di Kota Jambi.
"Kalau misalnya Golkar masuk ke Maulana, dia hanya akan menjadi partai pendukung, bukan pengusung," ucapnya.
Dori juga menyebut, Budi Setiawan merupakan kader yang terkenal dengan loyalitas dan komitmennya terhadap Partai Golkar. Dia terbukti sukses mengembalikan kejayaan Golkar di Kota Jambi.
“Kenapa Budi ? Karena dia bukan orang yang pragmatis dalam berpartai. Ketika ada anggota partai politik suka loncat partai, berarti ada masalah dengan pemimpinnya," jelas Dori.
Dibanding dengan kandidat lain yang maju di Pilwako Jambi, sosok Budi Setiawan merupakan kader murni yang menjalani tahap kaderisasi. Dia mengikuti proses pendidikan kepemimpinan dengan matang.
Sosok Budi berbanding terbalik dengan kandidat lain. Maulana misalnya. Dia telah memasuki beberapa partai, seperti Gerindra, Nasdem hingga PAN. Partai-partai itu dijajal Maulana untuk mencapai target politiknya.
"Berbahaya jika Golkar ikut mendukung orang yang terkenal sering loncat partai. Bisa saja dia pindah partai demi kepentingan pribadinya, karena baginya tidak penting loyal terhadap partai. Kepentingan pribadi yang utama," ujar Dori.
Nama besar dan sejarah panjang dan kaderisasi cukup kuat, membuat Partai Golkar akan lebih memilih mengusung kader sendiri, ketimbang orang lain yang belum diketahui rekam jejak serta loyalitas dan komitmennya pada partai. ***
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com