MALAM semakin larut. Di bawah lampu jalan yang redup, kios-kios pedagang kaki lima meringkuk berselimutkan mantel plastik. Sekali-sekali masih terdengar suara kendaraan dan angkot melintas, lalu berganti dengan keheningan. Di seberangnya, di pelataran sebuah hotel bintang tiga, duduk sekelompok laki-laki berkaos olahraga dan celana training. Tulisan di kaos menunjukkan asal daerah mereka. Suara tawa sekali-sekali pecah. Di lantai bekas puntung rokok dan gelas kertas berisi ampas kopi berserakan.
Sebuah baliho besar terpampang di gerbang hotel. Selamat Datang Kontingen PORWANAS XII di Kota Bandung. Jauh sejak siang hari, hotel yang tenang dan rapih tersebut sontak gegak. Mereka mendapat bagian melayani rombongan wartawan yang akan berlaga di PORWANAS dari tanggal 25-30 Juli 2016. Tidak kurang ada empat kontingen yang ditampung di sini, jumlahnya mendekati 250 orang. Office boy menyeret karung plastik dan mengumpul kotak-kotak kue, gelas mineral dan kertas yang bertebaran di setiap sudut lobi hotel.
Pemandangan pada hari pertama rombongan PORWANAS sampai di Kota Bandung mungkin cukup mengagetkan orang lain yang tidak tahu bagaimana keseharian wartawan. Ngerokok, ngopi dan tidur larut, adalah tiga aktivitas yang amat melekat pada wartawan, tak terkecuali ketika mereka diutus menjadi atlet dalam ajang olahraga wartawan tiga tahunan ini.
“Saya agak kaget, kok atlet merokok? Tidurnya juga larut,” ucap Widi Septino sambil tertawa. Laki-laki 30-an ini adalah Liaison Officer (FO) yang diberi tugas memfasilitasi kontingen PWI Provinsi Jambi. Sebagai seorang sarjana olahraga lulusan UPI Bandung, dia amat tahu bahwa kebiasaan merokok dan tidur larut pantang dilakukan seorang atlit.
Baca Juga: Ancaman Globalisasi dan Pola Pendekatan ala Kodam XVI Pattimura
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com