“Seharusnya lebih banyak minum air putih kan Mbak? Mungkin karena wartawan itu ya,” ucapnya mencoba mencari jawaban atas keheranannya.
Kecendrungan wartawan untuk “memberontak” aturan, mungkin tak disadarinya cukup menyulitkan pihak lain. Menejer Zest Hotel misalnya, pada malam kedua kontingen PORWANAS menginap, terpaksa memanggil semua menejer kontingen dan kembali mengingatkan tentang aturan untuk tidak merokok di sembarang tempat. Meski banyak tertulis peringatan tentang denda Rp.500 ribu bagi tamu yang merokok di sembarang tempat, aturan tersebut cenderung ditabrak.
”Kita malu harus diingatkan begitu,” ucap Nono Wahyu Nugroho, salah seorang ketua kontingen asal Sumatra yang terpaksa kembali nyinyir kepada anggotanya perihal larangan itu dan dendanya.
Cukup sulit menemukan profil olahragawan ideal di kalangan atlet PORWANAS. Ajang ini sendiri sejatinya memiliki tiga tujuan; mengisi panji-panji olahraga, menciptakan keakraban profesi diantara sesama wartawan serta memantapkan pemahaman tentang arti dan makna olahraga. Namun agaknya untuk mendapatkan prestasi atau catatan baik, yang bisa disandingkan dengan catatan Pekan Olahraga Nasional (PON), agak mustahil. Sebagai contoh, biliar yang merupakan salah satu olahraga favorit di kalangan wartawan, hanya ada satu atau dua atlet keluaran PORWANAS yang bisa unjuk gigi. Salah satunya Jefri, atlet andalan biliar dari kontingen Riau.
Pelatih biliar kontingen PORWANAS Jawa Timur, Tonny Ho (57 tahun) punya jawaban untuk ini.
“Jadi atlet itu tidak cukup modal suka saja. Waktu latihan harus banyak, minimal 6 sampai 8 jam sehari. Apa wartawan bisa? Kapan lagi mereka mengerjakan tugas jurnalistiknya?” jelasnya.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com