Pekan Olahraga untuk Menyegarkan Wartawan Profesional

Di bawah lampu jalan yang redup, kios-kios pedagang kaki lima meringkuk berselimutkan mantel plastik.

| Editor: Doddi Irawan
Pekan Olahraga untuk Menyegarkan Wartawan Profesional
Asnelly Ridha Daulay


Disadari, gebyar PORWANAS makin berkurang. Memang masih disambut girang di daerah-daerah yang atletnya memperoleh dukungan dana APBD. Namun di sebagian wilayah lainnya, mereka harus bersikap realistis, terpaksa mengirimkan atlit atau kontingen dalam jumlah terbatas karena kesulitan mengumpulkan dana.

PORWANAS Membentuk Karakter Jujur

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada acara jamuan makan malam di Gedung Sate pada Senin Malam, 25 Juli lalu mengungkapkan kekhawatirannya pada pemberitaan media massa. Sebelumnya sudah banyak tokoh dan pemimpin negara ini yang baik secara halus maupun terbuka mengungkapkan kekhawatirannya pada berita-berita yang ditulis, diantaranya yang diungkapkan Presiden Jokowi pada peringatan Hari Pers Nasional tahun 2016 lalu di Lombok.

Gubernur Aher, dengan kelakar namun serius mempertanyakan apakah paradigm bad news is good news bisa dirubah.

“Saya prihatin, di negara ini semua hal berusaha dibuat curang. Bahkan di acara seperti MTQ-pun upaya-upaya curang untuk dapat medali ada. Saya berharap wartawan tidak seperti itu. Bisa tidak good news is good news dan bad news is bad news?” tanyanya.

Meski pertanyaaan tersebut kurang jelas, dapat ditangkap harapan di balik itu. Para pejabat, tokoh-tokoh di negara ini telah lelah mendengar berita buruk yang dipublikasikan media massa. Apakah itu karena kualitas bangsa itu yang buruk atau wartawan luput dari berita berisi kabar baik atau mengabaikannya sebab dianggap tidak layak jual atau tidak digemari pembaca?

Menulis berdasarkan fakta utuh, bukan separuh-paruh, merupakan harapan yang makin menguat di masyarakat saat ini. “Berita-berita buruk itu, apalagi yang sumbernya tidak jelas nyatanya tidak bisa memperbaiki bangsa ini. Bahkan membuat kita semakin pesimis,” ucap Presiden Jokowi pada pidato HPN-nya di Lombok.

PORWANAS dapat menjadi ajang untuk membangun karakter wartawan karena olahraga pada hakekatnya bertujuan membangun manusia yang sehat fisiknya, sportif dan jujur. Sikap jujur dan sportif akan membuat wartawan juga bekerja dengan jujur, menulis sesuai fakta dan mengenyampingkan kepentingan pribadi. Apalah jadinya jika wartawan yang dicitrakan suka mengkritik, membangkang, ngotot ternyata sama saja dengan yang dikritiknya? Bagaimana mungkin akan dihasilkan berita yang jujur dan seimbang dari seorang wartawan yang tidak menjunjung kejujuran dan sportivitas?

Diharapkan pada PORWANAS ini para wartawan bisa me-refresh dirinya menjadi lebih sportif, jujur dan sportif dalam menjalankan profesinya. (Asnelly Ridha Daulay/infojambi.com)

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya