Penulis : Tim Liputan || Editor : Dora
INFOJAMBI.COM — Petani-petani di kawasan hutan yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Karang Jaya berhasil mengembangkan pertanian terpadu tanaman pangan seperti bayam, sawi, terong, timun, jagung dan beragam sayuran lainnya di kawasan hutan atau sering juga disebut agroforestri.
“Jika sebelumnya kami harus membeli sayuran yang harganya lumayan mahal, saat ini kami bisa langsung memetiknya dari lahan kami sendiri,” kata Ketua KTH Karang Jaya Hasmon Ovezar.
Tidak hanya berhasil produksi sayur mayur untuk kebutuhan keluarga, para anggota Kelompok Tani Hutan yang berada di Desa Sungai Karang, Kecamatan VII Koto Ilir, Tebo – Jambi telah menjual hasil pertaniannya. Tak pelak, selain mampu menghemat pengeluaran rumah tangga, kegiatan ini juga berhasil menambah pendapatan keluarga.
Tentu saja, di tengah pandemi Virus Covid-19 sejak awal tahun, keberhasilan ini membuat para petani di sekitar kawasan hutan ini memiliki daya beli dan ketahanan pangan di tengah harga-harga barang pokok mulai merangkak naik.
Kepala Desa Napal Putih, Dasril Effendi menyampaikan bahwa KTH Wanamitra Lestari yang berada di desanya adalah wadah para petani yang terlanjur menggarap lahan di dalam kawasan hutan tanaman industri (HTI) karet. Melalui program kerjasama dengan perusahaan HTI para petani mendapatkan akses dan kepastian hukum untuk mengelola area di kawasan perusahaan dan dikuatkan oleh SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Kami sangat terbantu dengan ada program tersebut terutama di masa-masa sulit ini pihak perusahaan masih peduli terhadap petani salah satunya dengan mengenalkan program pertanian terpadu,” ucap Dasril.
Pria yang akrab dipanggil Pak Wen itu juga menuturkan bahwa berkat kerja sama itu pula desa yang dipimpinnya mendapatkan apresiasi menjadi salah satu Desa Tangguh Ketahanan Pangan yang diprakarsai oleh Pemkab Tebo dan Polres Tebo.
“Saya berharap program pertanian terpadu dan kemitraan kehutanan ini bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas lagi,” ucapnya.
Hal yang sama disampaikan Hasmon Ovezar. Menurutnya keberhasilan kelompok petani karet yang dipimpinnya berawal dari program pembinaan yang dilakukan oleh PT Lestari Asri Jaya (LAJ) dan PT Wanamukti Wisesa (WW). Tidak hanya mendapat pelatihan, para petani juga mendapatkan bantuan bibit, sarana produksi dan pendampingan dari fasilitator lapangan.
“Program pemberdayaan ini memberikan kesempatan kepada petani untuk memanfaatkan lahan di area HTI untuk karet dan tanaman pangan yang memiliki nilai ekonomis cukup baik. Kami juga menjadi memiliki wawasan bagaimana mengelola lahan secara lebih produktif,” tutur Hasmon.
Tidak hanya KTH Karang Jaya dan KTH Wana Mitra Lestari, hal yang sama juga dirasakan Ketua KTH Rimba Lestari Sejahtera di area Kampung Jawa, Desa Pemayungan, Kecamatan Sumay, Sukoco. Bersama 13 orang anggota kelompoknya, mereka tengah membudidayakan 6.000 ekor ikan nila. Setelah berjalan beberapa waktu, keluarga dari para anggota KTH tersebut bisa memenuhi kebutuhan protein dari hasil budidaya sendiri.
“Program pertanian terpadu saya rasakan sangat tepat guna, karena anggota KTH diajak untuk memanfaatkan lahan sekitar rumah. Terlebih pendamping lapangan dari perusahaan memiliki wawasan yang luas dan pengalaman panjang,” kata Sukoco.
Tidak hanya petani, program ini juga menjangkau siswa SD dan SMP SD/SMP KM24 Sei Salak (Kelas Jauh) di Kecamatan VII Koto Ilir. Rahma, salah seorang guru di sekolah tersebut mengatakan bahwa dia sempat ikut dalam pelatihan pembuatan kompos untuk para guru dan warga sekitar sekolah. Menurutnya program ini memberikan pembelajaran dan pengalaman langsung terkait pertanian terpadu yang berwawasan lingkungan. Hal ini tentu saja sangat sesuai dengan salah satu mata pelajaran muatan lokal dalam kurikulum saat ini, yaitu pendidikan lingkungan hidup.
Senada dengan itu, Muslim Ginting, seorang pendidik dan warga Desa Balai Rajo yang juga aktif di Kelompok Tani Hutan Nusantara Makmur mengatakan program pertanian terpadu sangat bermanfaat. Salah satunya adalah pelatihan pembuatan kompos menggunakan bahan – bahan yang mudah didapatkan di sekitar mereka. Tentu saja ini bermanfaat untuk warga yang sebagian besar menyandarkan hidupnya dari pertanian. (***)
Baca Juga: Petani Bingung Pohon Pinang Tak Berbuah Lagi
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com