Oleh : Riza Azriyanti - Mahasiswa Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang
Abad ke-21 disebut sebagai abad pengetahuan, abad ekonomi berbasis pengetahuan, abad teknologi informasi, globalisasi, revolusi industri 4.0, dan sebagainya. Semakin berkembang pesatnya dunia pendidikan global di abad ini mendorong perubahan-perubahan yang harus diimbangi oleh pendidikan di negara kita. pendidikan abad-21 harus dapat menghasilkan warga negara global yang mempunyai kemampuan, pengetahuan dan motivasi untuk menangani permasalahan-permasalahan kemanusiaan dan lingkungan yang berkelanjutan serta mampu saling hormat meghormati dan terbuka dalam berdiskusi. Untuk mewujudkan hal tersebut maka peserta didik haruslah dibekali oleh keterampilan dikenal dengan 6C (Critical Thinking, Collaboration, Communication, Creativity, Citizenship, Character). Agar abad 21 dapat berkembang dengan baik, maka perlu diterapkan pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan tersebut sesuai dengan tuntutan abad 21.
Baca Juga: ASN Diminta Bekerja Lebih Lincah, Adaptif, Responsif, dan Inovatif
Pembelajaran abad 21 memiliki empat prinsip pokok yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, siswa mampu berkolaborasi dengan teman ataupun orang lain, pembelajaran diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan sekolah terintegrasi dengan masyarakat. Menurut Menurut Tjahjani et al. (2020) keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21 terdiri dari 6C yaitu berfikir kritis (Critical Thinking), kreativitas (Creativity), komunikasi (Communication), kewarganegaraan (Citizenship), karakter (Character), kolaborasi (Collaboration). Dengan memiliki keterampilan 6C, peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang terjadi disekitar peserta didik melalui kreativitas dan inovasi. Melalui berkolaborasi, pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien dan dengan komunikasi yang efektif sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antar sesama. Peserta didik juga diharapkan mengetahui peranan masing-masing sebagai warga negara serta memiliki karakter/budi yang dibutuhkan pada masa ini.
Kondisi nyata yang ditemukan dilapangan belum sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan. Berdasarkan penelitian Ayudha dan Setyarsih (2021) yaitu dilakukan analisis terhadap hasil studi sebelumnya menggunakan metode literatur review dengan analisis bibliometrik tentang keterampilan pemecahan masalah fisika pada peserta didik tingkat SMA selama lima tahun terakhir (2016-2020). Berbagai artikel tersebut mengungkap tentang rendahnya keterampilan pemecahan masalah pada pembelajaran fisika yang disebabkan oleh peserta didik kesulitan memecahkan permasalahan fisika. Beberapa faktor penyebabnya yaitu guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensiona yang menyebabkan kurangnya motivasi bagi peserta didik, buku teks pembelajaran hanya berisi persamaan matematis tanpa menjelaskan informasi secara detail dan setiap peserta didik memiliki pemikiran dan pengalaman yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Kesenjangan antara kondisi ideal dan nyata tentu menimbulkan suatu masalah yaitu rendahnya keterampilan abad 21 peserta didik.
Solusi yang tepat untuk mengembangkan keterampilan abad 21 peserta didik adalah menerapkan pendekatan STEM. Pembelajaran berbasis STEM dapat dikaitkan dengan kebutuhan pengembangan keterampilan abad 21 bagi peserta didik yakni keterampilan critical thinking, creativity, collaboration, dan communication. Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran berbasis STEM juga menuntut peserta didik untuk mengidentifikasi suatu masalah, menciptakan sesuatu guna menyelesaikan permasalahan, berkolaborasi dengan teman-teman sekelas untuk memecahkan masalah, serta berkomunikasi secara efektif serta menanggapi ide satu sama lain.Sehingga peserta didik lebih berpartisipasi aktif, lebih antusias dan memiliki pemahaman yang baik mengenai informasi materi pelajaran yang diberikan.
STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan empat komponen yaitu Science, Technology, Engineering and Mathematic dengan memfokuskan pemecahan masalah dalam dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, STEM ini tidak hanya mebahas ilmu pengetahuan saja tetapi juga berkaitan dengan dunia nyata yang dihubungkan dengan teknogi, teknik dan matematika. Dalam penerapannya, pendekatan STEM tidak hanya fokus pada pengembangan kognitif, tetapi juga pada pengembangan efektif, karena pendidikan STEM memberikan peluang bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan bekerja sama, disiplin, saling membantu sehingga pendekatan STEM juga cocok dalam pembentukan dan pengembangan aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (efektif) dan aspek keterampilan (psikomotorik).
Pembelajaran dengan pendekatan STEM merupakan salah satu pembelajaran tingkat tinggi yang menciptakan. Pembelajaran STEM ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran serta menciptakan generasi yang menyukai pembelajaran sains dan matematika. Melalui pembelajaran STEM, siswa dituntut untuk memecahkan masalah, inovator, membangun kemandirian, berpikir logis, paham teknologi, dan mampu menghubungkan pendidikan STEM dengan dunia nyata (Artobatama et al., 2020). Menurut Zulaiha & Kusuma (2020) STEM memiliki tiga pendekatan dalam proses pembelajaran,perbedaan ketiganya terletak pada tingkat komponen STEM yang diterapkan. Tiga pendekatan pendidikan yang sering digunakan yaitu pendekatan “silo” (terpisah), “tertanam” (embeded), dan pendekatan “terpadu” (terintegrasi).
Hasil penelitian Khoriyah (2018) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan STEM terbukti dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi gelombang bunyi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sebesar 0,63 dan kelas kontrol sebesar 0,35 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran gelombang bunyi pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan pendekatan STEM jauh lebih efektif menunjukan peningkatan keterampilan berpikir kritis daripada kelas control yang menggunakan pendekatan konvensional. Kemudian hasil penelitian Lestari (2019) menyatakan bahwa penerapan pendekatan STEM secara siginifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada konsep tekanan hidrostatis. Hasil penelitian Siswanto (2018) menyatakan bahwa pembelajaran fisika dasar dengan pendekatan STEM pada topik listrik dinamis dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa.
Penerapan pendekatan STEM berpotensi untuk mengembangkan keterampilan abad 21 peserta didik. Karena pendekatan mengintekrasikan antara sains, teknologi, teknik, dan matematika untuk mengembangkan kreativitas peserta didik melalui proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran berbasis STEM dapat melatih peserta didik dalam memecahkan masalah, inovator, membangun kemandirian, berpikir logis, paham teknologi, dan mampu menghubungkan pendidikan STEM dengan dunia nyata. Dengan adanya penerapan pendekatan STEM dalam pembelajaran peserta didik akan mampu mengembangkan keterampilan abad 21 yaitu berpikir kritis, berfikir kreatif, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan berkolaborasi secara maksimal. Oleh sebab itu, penerapan pendekatan STEM merupakan solusi yang tepat dalam mengembangkan keterampilan abad 21 peserta didik.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com