Hingga kini, budaya sedekah tersebut tetap dijalankan masyarakat dan terlihat melalui pembagian sekitar hampir 5 ton apem yang merupakan hasil sumbangsih masyarakat dari berbagai wilayah untuk memeriahkan kegiatan Saparan Apem Yaa Qowiyyu tersebut.
Selain menjadi simbol kebajikan dalam mengamalkan sedekah, antusiasme masyarakat dalam memperebutkan pengambilan apem juga memiliki filosofi bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan diperlukan usaha yang keras untuk mendapatkannya, sehingga masyarakat diajarkan untuk dapat meningkatkan tekad dan ikhtiar dalam mencapai hal yang diinginkan.
Baca Juga: KIB Cari Anggota Baru, Pengamat Sebut Belum Kuat atau Memang Mencari Penengah.
Selain menjadi wujud dalam melestarikan budaya leluhur, kegiatan Saparan Apem Yaa Qowiyyu juga telah mampu mendorong bergeraknya kembali perekonomian masyarakat lokal di Jatinom. Hal tersebut diantaranya terlihat dari tingginya lonjakan permintaan apem dan berbagai penganan lokal yang dijajakan, termasuk permintaan dari para wisatawan yang ikut hadir dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
“Saparan Apem Yaa Qowiyyu adalah inovasi pada jamannya Kyahi Ageng Gribig untuk melakukan dakwah secara damai, dan saat ini berdampak juga pada geliat ekonomi masyarakat yang bergerak,” ungkap Menko Airlangga.
Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Anggota DPR RI, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Klaten, Wakil Bupati Klaten, serta sejumlah ulama.*****
Baca Juga: Jaga Inflasi, Subsidi Energi Tahun Depan akan Lebih Tepat Sasaran
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com