Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Area Batanghari dan Tebo

PROKLAMASI Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, di seluruh pelosok nusantara, disambut gegap gempita.

Reporter: _ | Editor: Syafruddin D
Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Area Batanghari dan Tebo
Pejuang Jambi, Husin Saad (kiri) dan A Nasrun (kanan) | foto : ist

Belanda hanya menduduki kota, sedangkan daerah lainnya dikuasai para Pejuang Indonesia yang menjadikannya kantong-kantong gerilya.

Semua pasukan di bawah pimpinan Kolonel Abunjani melanjutkan perjuangan dari luar Kota Jambi, yaitu daerah Kuala Tungkal, Front Durian Luncuk, Front Batanghari Area Sungai Bengkal, Front Muara Siau, Sekancing Bangko, Front Rantau Ikil Muara Bungo. Seluruh pelosok bergerak mengadakan sabotase pemutusan hubungan lalu lintas darat.

Baca Juga: Lomba Gerak Jalan Meriahkan HUT 77 Kemerdekaan RI di Sarolangun

Di Sungai Bengkal yang merupakan Front Batanghari Area, rakyat dan pejuang menghancurkan jembatan dan merobohkan kayu ke jalan untuk menghalangi jalur darat yang dilalui kendaraan musuh. 

Front Batanghari Area, front terdepan di bawah pimpinan Letnan Satu Hasyim, menempatkan pasukan Sayang Terbuang yang dipimpin Letnan Muda Aziz Larose yang berhadapan langsung dengan pasukan Belanda. Seluruh pertahanan diperkuat dengan bantuan seluruh rakyat. Senjata yang kita miliki berasal dari Tentara KNIL yang pro republik.

Baca Juga: Gandeng JMSI, Walikota Sungai Penuh Luncurkan Gerakan Bagikan 10 Juta Bendera Merah-Putih

Beberapa kali pasukan Belanda mencoba menerobos front Sayang Terbuang, tapi pasukan ini dapat bertahan. Pasukan Letnan Muda Aziz Larose mengadakan penyerangan di malam hari secara gerilya.

Selama terjadi bentrokan senjata dengan pasukan Belanda, hanya Kopral Yahya yang gugur. Pasukan Belanda pernah mengatakan, pasukan Sayang Terbuang sangat banyak sehingga mereka tidak berani menerobos pasukan ini. 

Baca Juga: Pemkab Batanghari Gelar Upacara Bendera Peringati HUT 77 Kemerdekaan RI

Pernah terjadi suatu malam gerilya Kopral Dolah Gilo kehabisan peluru dan disuruh mundur, tapi malah berlindung di balik pohon tumbang dalam kegelapan, sedangkan pasukan Belanda hanya berjarak 10 meter saja.

Namun Belanda tidak berani mendekat. Lalu ada lagi Sersan Daud Hasan, seorang penembak jitu yang selalu berani mengganggu patroli Belanda dimanapun bertemu, meski peluru hanya 10 butir.

Bersambung ke halaman berikutnya

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya