Suplai bahan makanan diperoleh dari bantuan rakyat setempat. Kesatuan rakyat dan pasukan TNI merupakan pertahanan yang tidak mudah dirobohkan.
Peristiwa yang tidak mudah dilupakan, saat agresi militer Belanda I, sebuah pesawat Belanda menyusuri Sungai Batanghari melakukan penembakan ke beberapa tempat dari udara di sepanjang Sungai Batanghari, antara lain sebelah ilir Sungai Bengkal.
Baca Juga: Lomba Gerak Jalan Meriahkan HUT 77 Kemerdekaan RI di Sarolangun
Kapal Selendar mendapatkan tembakan mitraliur hingga seorang anggota TNI, Letnan Muda Chatib, gugur, dan seorang pemuda Sungai Bengkal, Husin bin Seman, luka parah karena peluru bersarang di punggungnya.
Pesawat ini terbang sangat rendah. Sersan Daud dan Ramli Ibrahim yang berada di Sungai Temontan (Kemantan) mencoba menembaki dengan senjata berat AAC, tapi sia-sia. Akhirnya dapat kabar pesawat jatuh di Merlung (Tungkal).
Baca Juga: Gandeng JMSI, Walikota Sungai Penuh Luncurkan Gerakan Bagikan 10 Juta Bendera Merah-Putih
Pada aksi militer Belanda II, Belanda menyerang ibukota RI di Jogjakarta dan 10 hari kemudian menyerang Jambi dari udara dan laut.
Serentak seluruh pejuang mengadakan perlawanan sengit yang menyebabkan gugurnya Kapten Marzuki, Kapten A Bakarudin, Letnan Simatupang, Letnan Muda Bahar Mahyudin, Letnan Muda Bahrun, serta 10 prajurit.
Baca Juga: Pemkab Batanghari Gelar Upacara Bendera Peringati HUT 77 Kemerdekaan RI
Oleh pemerintah militer dan sipil, diambil kebijakan bumi hangus dan sabotase. Jadi walaupun Belanda dapat menduduki Kota Jambi, pemerintahan tidak dapat berjalan karena ada gangguan dari pejuang perang gerilya.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com