Editor: Rahmad
INFOJAMBI.COM - Inggris bakal mengutus kapal perang ke Laut Hitam di tengah perseteruan antara Rusia dan Ukraina yang memanas.
Dilansir Reuters yang mengutip laporan surat kabar the Sunday Times, Minggu (18/4), Inggris menyatakan pengiriman kapal perang itu adalah bentuk solidaritas terhadap Ukraina yang merupakan sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Mereka bakal mengutus sebuah kapal perang jenis perusak Tipe 45 yang dipersenjatai dengan rudal anti-pesawat dan juga sebuah kapal jenis fregat Tipe 23 yang mempunyai senjata anti-kapal selam.
Kedua kapal itu akan diutus dari armada kapal induk Angkatan Laut Inggris di Mediterania dan akan langsung menuju Laut Hitam melalui Selat Bosphorus.
Sementara itu, AL Inggris juga menyiagakan kapal induk HMS Queen Elizabeth di Mediterania yang mengangkut jet tempur siluman F-35B dan helikopter khusus pemburu kapal selam Merlin.
Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, saat ini mereka terus berkoordinasi dengan pemerintah Ukraina untuk mengawasi perkembangan situasi di kawasan perbatasan, terutama di wilayah Donetsk dan Lugansk.
"Inggris meminta seluruh sekutu turut mendukung kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina," demikian isi pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris.
Perang dalam skala besar dikhawatirkan kembali meletup antara Ukraina dengan kelompok pemberontak separatis dan militer Rusia.
Penyebabnya adalah Rusia terus memperkuat pasukan di kawasan dekat perbatasan Ukraina yang dikuasai pemberontak.
Ukraina merasa terancam dengan pengerahan tentara Rusia. Sedangkan Rusia beralasan mereka sama sekali tidak mengintimidasi dengan mengirim pasukan.
NATO hingga sejumlah sekutu Ukraina, antara lain Amerika Serikat hingga Prancis, menyarankan Rusia segera menarik pasukan mereka dan meredam ketegangan.
Pada Jumat (16/4) lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyatakan dukungan terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Dua pemimpin negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu juga meminta Rusia segera menarik pasukan dari wilayah perbatasan.
Sementara itu pada Kamis (15/4) lalu, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menjatuhkan sanksi keuangan terhadap Rusia. AS juga mengusir sepuluh diplomat Rusia sebagai balasan atas serangkaian serangan dunia maya besar-besaran terhadap AS, juga campur tangan Rusia dalam pemilihan umum AS.
Sebanyak delapan orang terkait dengan pendudukan Krimea pun dijatuhi sanksi.
Di luar sederet sanksi ini, Biden tetap berharap bisa mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga: Rusia Menarik Diri dari Keanggotaan Mahkamah Pidana Internasional
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com