Oleh : ELIS NURJANAH
Baca Juga: Hindari Hoax, Pemerintah Harus Responsif Jawab Isu
PERKEMBANGAN pengguna internet memiliki dampak positif bagi kehidupan manusia . Apalagi era sekarang ini merupakan era digital. Namun disaat yang sama, mudah terbukanya ruang yang lebih luas untuk meningkatkan radikalisme digital, jaringan teroris online, berita palsu dan cyberbullying.
Kenyataan itu terlihat dengan begitu banyaknya beredar informasi hoax. Tidak asing lagi dilayar gadget kita, banyak informasi masuk dan menyebar diberbagai media massa. Khususnya, media online seperti instagram, facebook, blog, WhatsApp, Twitter dan kebenarannya bertujuan untuk mempengaruhi dan mengelabui pembaca, agar mempercayai kebenaran informasi tersebut.
Hoaxs sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Yaitu “hocus” bermula dari sebuah mantra “hocus focus” serupa dengan “sim salabim” yaitu permainan sulap.
Dalam riseet ilmuwan menghasilkan hoaxs, adalah berita atau informasi yang dikarang seoalah-olah benar dari sumber yang sah, kemudian disebarkan melalui media massa, untuk mengelabui atau menipu pembaca dan menguntungkan salah satu pihak demi kepentingan finansial atau ideologis.
Perkembangan teknologi saat ini, sangat mempengaruhi penyebaran informasi tersebut. Dalam beberapa detik saja informasi sudah bisa menyebar ke suluruh dunia. Tak dapat dipungkiri lagi, hoaxs sangat mudah menyebar luas di seluruh lapisan masyarakat. Khususnya masyarakat media yang setiap saat selalu dihadapkan bermacam-macam informasi.
Hal ini sangat bermanfaat untuk masyarakat, namun berbeda dengan penyebaran hoax yang semakin merajalela, justru meresahkan masyarakat. Apalagi sekarang ini kebanyakan dari kita hanya membaca menerima informasi, tapi tidak menelusuri dan mencari tahu kebenarannya terlabih dahulu.
Media massa menjadi ajang kompetisi berbagai pihak, untuk menunjukkan eksistensinya dalam menarik perhatian khalayak. Tentu dengan begitu, media sangat mudah menguasai pemikiran masyarakat. Media sangat berpengaruh dalam pola hidup masyarakat.
Penyebar hoaks, biasanya pengguna media ini hanya abal-abal, sumber tidak jelas dan hanya sekali lewat. Mengapa demikian? Karena banyak dari penyebar berita hoax tidak menampakkan data asli diri. Hanya menggunnakan data samaran, gunanya untuk mengelabui pembaca. Tidak ada pertanggungjawaban dalam penyajian informasi. Topiknya sering berhubungan dengan peristiwa yang sedang hangat. Motifnya untuk meguasai opini publik, hingga menyudutkan salah satu pihak.
Terserbarnya berita palsu itu, disebabkan oleh beberapa factor, karena kurangnya literasi masyarakat itu sendiri. Pertama, penerima berita merasa sepihak dan sependapat dengan berita tersebut. Kedua, rasa peduli yang tinggi terhadap orang lain. Ketiga, mengikuti orang lain. Faktor-faktor tersebut menimbulkan hasrat pribadi, untuk membagikan berita, padahal kebenarannya belum jelas. Hal itu menjadi kebiasaan dari pengguna media sosial.
Akibatnya, berita yang belum jelas asal usul kebenarannya tadi, mudah menyebarluas di berbagai media. Kuranganya rasa keingintahuan membuat masyarakat mudah percaya terhadap apa yang sudah mereka baca, tanpa menelurusi kebenaran dari berita tersebut. Hal ini membuat masyarakat mudah terdoktrinasi dalam segi pemikiran.
Sebagai pengguna media yang bijak, sebelum menyebarluaskan informasi yang kita peroleh. sebaiknya teliti terlebih dulu kebenarannya. Tidak mudah memang, dengan banyaknya informasi yang beredar, akan lebih sulit untuk memilah keakuratnnya. Maka pandai-pandailah dalam memahami informasi. Cerrmati isinya, jangan hanya membaca atau terfokus pada judul. Dan jangan membaca secara terpotong-potong karena dapat menimbulkan sudut pandang yang berbeda.
Lebih dari itu pastikan akun atau link media terpercaya dan sudah diverifikasi oleh dewan pers. Kemudian yang paling penting tidak langsung menekan tombol share. Jangan biarkan masuk ke dalam jurang hoax. Perbanyaklah berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Dengan jiwa sosial yang tingi, hendaknya kita tidak gampang percaya terhadap sebuah informasi, tentu akan lebih bijak mencari dan menggali terlebih dulu sumbernya. Mulailah berfikir kritis dengan apa yang pernah kita alami.
Sering berdiskusi mengenai isu terkini, agar kita tidak termakan informasi bohong. Lingkungan kita juga sangat mempengaruhi pola pikir kita. Khususnya untuk orang tua, awasilah anak-anak dalam menggunakan media sosial. Karena keluarga merupakan garda terdepan dalam penangkalan hoax.-
Penulis : Mahasiswi Jurnalistik Islam, Fakulltas Dakwah, UIN STS Jambi
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com