Mari Mengintip Isu Prioritas Kesehatan dari Wajah Baru Kemenkes

| Editor: Wahyu Nugroho
Mari Mengintip Isu Prioritas Kesehatan dari Wajah Baru Kemenkes


PENULIS : ELLA NOVISKA DWI ANANDA
Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya









INFOJAMBI.COM - Presiden Joko Widodo telah resmi melantik dokter Terawan Agus Putranto sebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2020-2014. Kabar tersebut langsung naik ke permukaan berita dan menjadi harapan masyarakat dari wajah baru Kementrian Kesehatan. Hal tersebut sontak membuat masyarakat bertanya tentang apa saja prioritas kesehatan yang akan difokuskan dalam pembangunan kesehatan mendatang.





Menjawab persoalan tersebut,  Nila Moelok sebagai Menteri Kesehatan periode sebelumnya dalam agenda Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2019 telah menetapkan lima isu strategis yang menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan mendatang pada tahun 2020 sampai 2024.





Isu prioritas tersebut ialah Angka Kematian Ibu (AKI) atau Angka Kematian Neonatal (AKN) yang masih tinggi, stunting, tuberculosis (TBC), Penyakit Tidak Menular (PTM), dan cakupan imunisasi dasar lengkap.





Hal ini langsung menjadi pusat perhatian masyarakat mengingat masih banyaknya isu kesehatan terutama mengenai Jaminan Kesehatan Nasional dan pemerataan tenaga kesehatan hingga pelosok Indonesia. Bukan tidak mendasar jika isu tersebut menjadi prioritas pembangunan kesehatan Indonesia.





Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen yang awalnya di tahun 2013 mencapai 37,2 persen, dapat disimpulakana 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan nilai minimum untuk prevalesi stunting yaitu 20 persen dan Indoneis masih harus menurunkan 10,8 persen untuk mencapai target tersebut.





Indonesia menjadi negara dengan anak stunting tertinggi ke-2 di kawasan Asia Tengggara dan ke-5 di dunia pada tahun 2015. Pemicu dari stunting ini ialah pemberian nutrisi makanan yang buruk, kelahiran berat badan rendah, dan kondisi ekonomi keluarga.





Perkembangan penyakit tidak menular di Indonesia sudah mencapai posisi 70 persen pada 2017.  Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Siswanto, prevalensi PTM mengalami kenaikan dari tahun 2013 sampai 2018.





Penyakit kanker  dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen , stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen,  diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen. Namun, penyakit menular lainnya seperti TBC juga masih diperhatikan dan diwaspadai pada daerah prevalensi tinggi. Dibutuhkan peningkatan strategi penanganan dan pengendalian khusus untuk masalah ini.





Indonesia kehilangan 2 ibu dan 8 bayi baru lahir dalam per satu jam. Angka Kamatian Ibu ( AKI ) di Indonesia  menurut  Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015 adalah 305 per 100 ribu kelahiran hidup. Masih kurang cakupan fasilitas, tenaga kesehatan dan pengetahuan menjadi faktor penyebab. Hal ini  dapat dikurangi melalui Pendekatan dari seluruh pihak bukan hanya ibu hamil tetapi memperhatikan kesehatan sejak anak, remaja, kehamilan hingga tua.





Pemenuhan cakupan imunisasi dasar lengkap juga menjadi isu utama dalam peningkatan standar kesehataan ibu dan anak mengingat kasus imunisai vaksin yang bermasalah di tahun 2018. 

Kelima isu tersebut menjadi PR besar bagi Kementerian Kesehatan, dokter Terawan selalu berusaha dan optimis untuk menanggulagi masalah tersebut dan membuat masyararat memiliki standar kesehatan yang lebih baik.***


BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya