Oleh: Choirul Aminuddin || Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara
BIBIR pantai Tangerang Utara, Banten, pada pekan ini, tiba-tiba membuat mata saya terasa sepet, seperti kelilipan debu, setelah menyaksikan pagar bambu tertanam di perairan tersebut sepanjang 30 kilometer lebih.
Baca Juga: Suasana Pantai Aurduri saat Musim Kemarau, Terlihat Indah
Saya melihat, pagar bambu yang tertanam di sana menyebabkan pantai Tangerang kehilangan eksotisme. Bahkan mengganggu alur pelayaran nelayan.
Apa pasal? Saya tidak tahu persis musababnya. Namun dari bacaan yang saya perhatikan, kaum cerdik pandai memberikan argumen: pagar bambu di laut Tangerang menyalahi prosedur.
Baca Juga: Pelajar Tenggelam di Kawasan Pantai Aurduri
Ada pula politikus menyatakan bahwa bambu tersebut dipersiapkan oleh kelompok oligarki yang mendapatkan naunngan dari presiden sebelum era Prabowo Subianto.
Politikus tersebut sangat jelas arah jari telunjuknya: Joko Widodo alias Jokowi.
Baca Juga: Dukung Penuh Penghijauan Pantai, Polda Jambi Ikut Tanam Mangrove
Sebab, Jokowi adalah presiden yang dikenal berkarib dengan kelompok oligarki yang sedang membangun Proyek Strategis Nasional (PSN) seluas 1.756 hektar.
Namun, pada faktanya, proyek pembangunan bernama Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2) ini mencapai luas 30 ribu hektar yang dikembangan oleh kelompok Agung Sedayu dan Salim Group.
Saya tidak terlalu tertarik dengan silang opini di atas, termasuk sanggahan perwakilan Agung Sedayu Group terhadap berbagai respon “pohon bambu” yang menancap di perairan Tangerang.
Meskipun demikian, saya tertawa geli, bahkan sempat pula ngakak guling-guling tatkala membaca komentar kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat perihal penancapan pagar bambu tersebut.
Menurut kelompok LSM ini, pagar bambu yang mereka tanam diniatkan untuk mengatasi abrasi yang menghantam bibir pantai Tangerang Utara.
“Duit untuk membangun pagar bambu berasal dari swadaya masyarakat,” ujar Jaringan Rakyat Pantura (JRP) kepada awak media.
Benarkah pernyataan mereka, pagar bambu sepanjang 30 kilometer tersebut untuk mengatasi abrasi? Dan, ongkos pemagaran tersebut berasal dari swadaya masyarakat?
Sekali lagi, saya ngakak guling-guling mendengar pernyataan tersebut. Perkataan mereka di depan wartawan itu sungguh isapan jempol menggelikan. “Ngibul berat!”
Saya, penyelam di Journalist Divers (JD) dan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI), ingin menyampaikan pengalaman kepada kaum LSM yang memagari pantai dengan bambu agar tidak ngawur bila membuat pernyataan, bagaimana mengatasi abrasi pantai.
Menurut saya, yang perlu kita lakukan saat berhadapan dengan ancaman abrasi pantai bukan memasang pagar bambu, melainkan memperhatikan tiga ekosistem laut: bakau, lamun dan terumbu karang.
Jika ketiga ekosistem itu aman dan tumbuh sehat di bibir pantai, maka insya Allah, daratan bakal bebas dari ancaman gerusan ombak laut.
Oleh sebab itu, saya bersama penyelam JD lainnya sangat memperhatikan ketiga unsur tersebut demi menjaga konservasi pantai secara alami.
Langkah yang kami lakukan, antara lain:
Menanam bakau _(mangrove)_ di bibir pantai
Jika kalian mau, langkah pertama, tanamlah bakau sebanyak mungkin di bibir pantai agar hempasan ombak tidak menggerus daratan.
Keunggulan pohon bakau tidak hanya sanggup mengatasi gelombang ombak laut yang dapat menimbulkan abrasi, melainkan juga, bisa menjadi tempat kepiting atau biota laut lainnya berkembang di antara celah _mangrove_ .
Langkah kedua, menanam lamun _(seagrass)_
Lamun adalah tanaman laut yang berbunga. Aneh bukan, ada tanaman di kedalaman laut satu hingga 12 meter mengeluarkan bunga beraneka warna?
Keunggulan lamun lainnya adalah tempat berpijah 60 spesies. Selain itu, berbagai jenis ikan, termasuk dugong -mamalia yang dilindungi- bertelur dan beranak pinak di antara rerumpun lamun.
Manfaat lainnya, lamun dapat mengurangi sedimen akibat arus laut yang menuju daratan. Tetapi, ini yang paling penting, lamun sanggup mengurangi derasnya ombak pantai.
Para ilmuwan menyakini, lamun juga menghasilkan oksigen yang luar biasa besar bila dibandingkan dengan tanaman keras di darat. Oksigen yang dikeluarkan oleh lamun, menurut mereka, berasal dari proses fotosintesis dan CO2 yang diserap dari sedimen.
Langkah ketiga, transplantasi atau menanam terumbu karang ( _coral reefs_ )
Saya berharap kalian paham tentang terumbu karang jika memang peduli pada soal lingkungan laut. Terumbu karang ini faedahnya tak kalah penting dengan bakau maupun lamun. Sebab, terumbu karang paling digdaya ketika berhadapan dengan kekuatan ombak yang menghantam.
Perhatikan, bibir pantai di satu kawasan pasti aman dari ancaman abrasi bila dikelilingi oleh terumbu karang.
Nah, kami para penyelam, selalu mewanti-wanti kepada para penyelam pemula agar tidak merusak ekosistem ini bila melakukan aktivitas di dalam laut. Keunggulan terumbu karang, selain seperti yang saya sebutkan di atas, adalah menghasilkan oksigen bagi kehidupan biota laut dan manusia.
Saya berharap kepada aktivis LSM yang menyatakan bahwa pagar bambu yang ditanam di perairan Tangerang demi menjaga kelestarian pantai sadar diri.
Pernyataan kalian sangat tidak benar. Ada apa di balik semua itu?
Jakarta, 15 Januari 2025
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com