Misi surat kabar ‘Medan Prijaji’, menurut T.A.S. adalah untuk mengubah cara pandang masyarakat bumiputera terhadap peristiwa yang terjadi di Hindia Belanda. 'Medan Prijaji' memiliki tujuan sebagai sarana bagi masyarakat bumiputera untuk mendapatkan informasi sekaligus sebagai surat kabar pembela rakyat.
Setelah mengibarkan misi korannya dalam melakukan edukasi publik dan kontrol sosial melalui berbagai tulisan kritis terhadap pihak yang berkuasa, T.A.S. bergerak maju dan tercatat mendirikan perusahaan penerbitan pertama milik pribumi bersama dua rekannya: Haji Mohamad Arsjad dan Pangeran Oesman.
Nama penerbitan itu, ‘N,V Javaansche boekhandel en Drukkerij’ pada tahun 1909. Sayang, setelah mengubah periode terbit dari mingguan menjadi koran harian, pengelola koran itu terlilit utang, Medan Prijaji pun terpaksa berhenti terbit pada tahun 1912.
Semua dedikasi T.A.S. dalam rekam jurnalistik dan pengelolaan surat kabar yang kemudian mencuatkan namanya sebagai perintis perjuangan pers nasional, menurut DR Ichwan Azhari, sebenarnya sama dan sebanding dengan dedikasi dan idealisme DjEM.
”Cuma, terus terang saja. Data dan fakta tentang DjEM belum banyak diungkapkan dan diketahui orang. Sedangkan informasi dan persepsi tentang sosok T.A.S sangat lengkap. Apa lagi ada dukungan novel tetralogi Sastrawan Pramoedya Ananta Toer ‘Sang Pemula’ yang menukilkan figur bayangan T.A.S sebagai inspirasi awal pers perjuangan melawan kolonial. Dia itu sudah seperti mitos Bapak Pers Indonesia,” kata mantan wartawan Mertju Suar dan Sinar Pembangunan, Medan itu.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Gelar Rakor dengan Wartawan
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com