Anak Sidempuan yang kemudian mukim di Padang itu, tambah Ichwan Azhari lagi, amat menonjol setelah berhasil membeli ‘Pertja Barat’ dan percetakan ‘Snelpersdrukkerij Insulinde’ dari pemiliknya Lie Bian Goan pada tahun 1897.
Koran itu seperti ‘Medan Prijaji’ juga berjuang untuk anak bangsa dan berbahasa melayu. Jargon atau motto korannya semula “Organ dari Segala Bangsa. ” Tapi, setelah diakuisisi DjEM, diubah menjadi :” Oentoek Segala Bangsa.”
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Gelar Rakor dengan Wartawan
Surat kabar yang terbit tiga kali seminggu ini, Selasa, Kamis dan Sabtu, sering menampilkan tulisan kritis dan sindiran tajam terhadap penguasa kolonial. Gaya literasi seperti itu rupanya cukup mendapat sambutan dari pembacanya. Baik lokal, maupun pembaca yang umumnya kaum intelektual di Eropa.
Sirkulasi ‘Pertja Barat’ karena model keagenannya yang unik, tercatat bisa memiliki agen di Belanda, Belgia dan Prancis. Harga langganannya waktu itu sekitar 18 f ( guden) setahun.
Baca Juga: Mursyid Sonsang Terpilih Ketua HMM Kota Jambi
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com