Menyoal Bapak Pers Indonesia di HPN 2023

Menyoal Bapak Pers Indonesia di HPN 2023

Reporter: .... | Editor: Admin
Menyoal Bapak Pers Indonesia di HPN 2023
Bapak Pers Indonesia, Dja Endar Moeda || Foto : Ist
DjEM, tulisnya, adalah seorang pribumi pintar yang terkemuka di Padang. Ia punya kepribadian yang hangat dan karenanya memiliki banyak teman. Baik dari kalangan pribumi maupun orang Belanda.

Catatan DR Suryadi, 57 tahun, tentang kiprah pelbagai surat kabar yang diterbitkan DjEM hampir sama dengan yang disampaikan DR Ichwan Azhari. Melalui koran-korannya, DjEM ingin menggugah kaum pribumi dan kaum perempuan agar bergiat meraih kemajuan. Sampai medio Juli 1911, 'Pertja Barat' masih terbit tiga kali seminggu. Tapi, bulan Juli 1911, DjEM kena ranjau pers kolonial terkait tulisan kritisnya tentang para pegawai pribumi prijaji yang merugikan rakyat. DjEM pun divonis bersalah. Harus menjalani hukuman   badan dan keluar dari kota Padang.

Setelah kena hukuman, kepemimpinan di 'Pertja Barat' diambil alih oleh saudara DjEM, Dja Endar Boengsoe. Namun, baru beberapa bulan memimpin Dja Endar Boengsoe meninggal dunia. Maka, kepemimpinan redaksi koran itu kemudian diserahkan kepada putra DjEM, Kamaruddin. Namun Sang Putra Mahkota rupanya tak secakap ayah dan pamannya dalam mengembangkan koran. Walhasil, tahun 1912, setelah terbit sekitar dua dekade, 'Pertja Barat' akhirnya berhenti terbit.

Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Gelar Rakor dengan Wartawan

Menutup tulisanya, DR Suryadi menyimpulkan: " DjEM adalah seorang perintis pers pribumi di Sumatera. Bahkan mungkin di Hindia Belanda. Minatnya sangat besar pada buku dan media yang menurut dia penting untuk memajukan kaum pribumi sebangsanya. Penerbit dan toko buku Snelpres Drukkerij Insulinde, selain digunakan untuk mencetak koran-korannya, juga digunakan untuk mencetak buku. Baik karangan DjEM sendiri maupun orang lain."

Apa pun, testimoni literasi DR Suryadi itu, ikut melengkapi klaim yang disampaikan dengan bersemangat oleh DR Ichwan Azhari tentang kelayakan Dja Endar Moeda sebagai Bapak Pers Indonesia

Baca Juga: Mursyid Sonsang Terpilih Ketua HMM Kota Jambi

Nah, dengan sejumlah fakta dan pandangan baru tadi, apakah mungkin menggeser mitos  dan posisi T.A.S.--- yang pada tanggal 3 November 2006 lalu malah sudah diberi gelar Pahlawan Nasional—sebagai Bapak Pers Indonesia? “Wah. Kalau itu terpulang pada Dewan Pers. Sayakan sebagai sejarawan sekedar mengungkapkan data dan fakta. Silakan saja diteliti lebih mendalam. Mana yang lebih pantas," kata DR Ichwan Azhari.

Yang jelas, dia melanjutkan, dua koleganya sesama sejarawan yang ikut dalam seminar pers dalam rangka HPN 2023, tidak atau belum membantah data dan fakta yang disajikan.

Baca Juga: Tahun Depan Jambi Punya Sekolah Pertambangan

Dua sejarawan itu adalah Prof DR Nina Herawati dari Universitas Padjajaran,  Bandung dan DR Wannofri Samry, M. Hum. dari Universitas Andalas, Padang. Ikut juga sebagai pemateri dalam seminar itu Ketua Dewan Pers DR Ninik Rahayu.*****

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya