Merawat Identitas dan Menyatukan Komunitas: Peran Surau di Tanah Rantau - Sydney Australia

Merawat Identitas dan Menyatukan Komunitas: Peran Surau di Tanah Rantau - Sydney Australia

Reporter: Opini | Editor: Ulun Nazmi
Merawat Identitas dan Menyatukan Komunitas: Peran Surau di Tanah Rantau - Sydney Australia
Novri Latif, Ketua Surau Sydney, Australia Januari 2025 || Dok Opini

Oleh: Novri Latif | Ketua Surau Sydney, AustraliaJanuari 2025

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern di Australia, jauh dari tanah leluhur, kita dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menjaga identitas kita sebagai Minangkabau dan Muslim di tanah rantau? Identitas bukan hanya soal nama atau tempat asal. Ia adalah akar yang memberi kita arah, makna, dan kekuatan untuk menjalani kehidupan.

Baca Juga: Tegaknya Surau Kami

Namun, identitas ini sering kali terguncang oleh derasnya arus individualisme dan budaya Barat yang berbeda. Anak-anak kita tumbuh dalam sistem pendidikan yang berbahasa Inggris, terpapar gaya hidup yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai kolektivitas dan agama. Tanpa usaha yang sadar, kita berisiko kehilangan jati diri, baik secara individu maupun komunitas.

Sebagai komunitas Minangkabau di Sydney, kita diberkahi dengan keberhasilan bersama yang luar biasa. Pada Januari 2021, melalui semangat gotong royong, kita berhasil membeli properti pertama untuk surau komunitas kita—simbol nyata dari komitmen untuk menjaga identitas di tanah rantau. Dan Alhamdulillah, pada tahun 2024, properti ini telah lunas sepenuhnya. Surau ini kini menjadi pusat kegiatan yang menyatukan semua generasi, dari anak-anak hingga para lansia.

Baca Juga: Hasil Lanjutan Sidang KKEP, Polri Tegas Tangani Kasus di Event DWP 2024

Surau: Lebih dari Sekadar Tempat Ibadah

Dalam tradisi Minangkabau, surau bukan hanya tempat shalat. Ia adalah pusat kehidupan sosial, pendidikan, dan spiritual. Di surau, anak-anak lelaki belajar nilai-nilai kehidupan, mendalami adat, dan memahami Islam. Para tetua berbagi kebijaksanaan, dan komunitas berkumpul untuk memperkuat hubungan.

Baca Juga: Pererat Silaturahmi, Direksi PTPN IV Kunjungi Polda Jambi

Di Sydney, surau kita mencoba menghidupkan kembali peran ini. Sejak pelaksanaan shalat tarawih pertama pada Ramadan 2021, surau ini telah menjadi pusat kegiatan yang menyatukan komunitas. Dipimpin oleh para imam muda yang lahir dan besar di Sydney, surau ini menjadi tempat generasi muda berkontribusi aktif dalam melestarikan warisan budaya dan agama.

Melalui program seperti Surau Connect, anak-anak dan remaja memiliki ruang untuk berkumpul, belajar, dan menjalin hubungan yang memperkuat rasa bangga mereka terhadap identitas Minangkabau dan Islam. Bagi orang tua dan lansia, surau menjadi tempat pengajian mingguan dan acara-acara spiritual yang menjaga nilai-nilai keimanan dan kebersamaan.

Mengapa Identitas Penting?

Identitas adalah akar yang menjaga kita tetap kokoh, terutama di tanah rantau. Tanpa identitas yang kuat, kita mudah terombang-ambing oleh tekanan budaya luar. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan pemahaman kuat tentang budaya mereka memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi, hubungan keluarga yang lebih erat, dan ketahanan emosional yang lebih baik.

Namun, tanpa usaha sadar, kita berisiko kehilangan identitas ini. Anak-anak kita mungkin tumbuh hanya berbicara bahasa Inggris, merasa lebih nyaman dengan budaya Barat, dan kehilangan keterhubungan dengan nilai-nilai kolektivitas, penghormatan kepada orang tua, dan spiritualitas yang menjadi inti budaya Minangkabau.

Sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan anak-anak kita tumbuh dengan rasa bangga terhadap akar budaya mereka. Hal ini bukan berarti menolak modernitas, tetapi mengajarkan keseimbangan antara menjadi sukses di dunia Barat dan tetap kokoh dalam identitas Minangkabau dan Islam.

Pelajaran dari Mohammad Hatta dan Buya Hamka

Kita tidak perlu mencari jauh untuk menemukan teladan. Mohammad Hatta, proklamator kemerdekaan Indonesia, adalah contoh nyata bagaimana identitas Minangkabau bisa menjadi kekuatan dalam kehidupan modern. Dibesarkan dengan nilai-nilai kolektivitas, keadilan, dan kerja keras, Hatta membawa semangat gotong royong ke dalam ide-ide ekonominya, termasuk konsep koperasi.

Hatta percaya bahwa modernisasi tidak berarti meninggalkan akar budaya, tetapi menggabungkannya dengan nilai-nilai universal. Prinsip ini relevan bagi kita di tanah rantau: bagaimana kita bisa menjadi modern tanpa kehilangan jati diri kita?

Begitu pula dengan Buya Hamka, seorang ulama, penulis, dan pemikir besar Minangkabau. Dalam karya-karyanya, Hamka menunjukkan bagaimana budaya lokal bisa menjadi media untuk memperkuat iman. Ia mengajarkan bahwa identitas budaya dan agama adalah anugerah, bukan beban.

Hamka pernah berkata:

 “Hidup adalah perjuangan; yang kalah bukanlah yang gagal, tetapi yang berhenti mencoba.”

Pesan ini mengingatkan kita bahwa menjaga identitas di tanah rantau adalah perjuangan yang layak dijalani.

Surau sebagai Pusat Identitas dan Komunitas

Surau di Sydney adalah simbol kebersamaan kita. Lebih dari sekadar tempat shalat, ia adalah pusat kebudayaan, pendidikan, dan spiritualitas. Surau ini adalah tempat:

1. Generasi Muda Berkembang
Melalui program seperti Surau Connect, anak-anak dan remaja belajar tentang agama, budaya, dan nilai-nilai Minangkabau dalam suasana yang menyenangkan dan inklusif.

2. Orang Tua dan Lansia Berkumpul
Program pengajian mingguan, diskusi, dan kegiatan sosial menjadikan surau sebagai tempat untuk memperkuat hubungan antar generasi.

3. Komunitas Diperkuat
Dari acara Ramadan hingga pertemuan mingguan, surau adalah ruang di mana kita merasa didengar, dihargai, dan diperkuat sebagai komunitas.

Seruan untuk Bertindak

Brothers and sisters, menjaga identitas kita bukanlah tugas satu atau dua orang. Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Mari manfaatkan surau sebagai pusat kebersamaan, tempat belajar, dan ruang yang menghubungkan generasi.

Ajak anak-anak ke surau, ajarkan mereka bahasa Minangkabau atau Indonesia, dan rayakan tradisi kita. Tunjukkan bahwa identitas kita adalah kekuatan, bukan kelemahan.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:13):

 “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Dengan memanfaatkan surau, menjaga komunitas, dan meneladani tokoh seperti Hatta dan Hamka, kita bisa memastikan bahwa warisan budaya dan agama ini tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang.

Mari kita terus berjuang untuk masa depan generasi kita, karena perjuangan ini adalah investasi untuk kehidupan yang lebih baik di tanah rantau.



BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya