Pemerintahan yang baru ini pun menolak kekuasaan Mehmed VI, pada 1 November 1922, Dewan Nasional Tertinggi Turki menghapus Kekhalifahan Turki Utsmani.
Dua Minggu kemudian, Mehmed VI diusir dari istananya, Ia meninggalkan Turki dan pergi ke Malta pada 17 November 1922.
Baca Juga: Resolusi 2023 : Pejanji Politik dan Bayazid I
Pelanjut tahkta Sultan Mehmed VI, sepupu pertama dari Mehmed VI sekaligus putra mahkota, Abdulmejid Efendi, menjadi khalifah sekaligus pemimpin Dinasti Utsmaniyah terakhir.
Namun, dua tahun kemudian, pada 1924, Kekhalifahan Turki Utsmani dihapus oleh Dewan Nasional Tertinggi. Turki berubah dari bentuk negara kerajaan atau kekhalifahan menjadi negara repuplik dengan kepala negara presiden
Baca Juga: Cay Evi, Ngeteh Kebiasaan Warga Bursa, Turki.
Sebagai presiden yang pertama, Mustafa Kemal memperkenalkan serangkaian pembaruan luas dalam usahanya menciptakan sebuah negara modern yang sekuler dan demokratis.
Sekularisme di Turki merupakan peristiwa historis yang telah memberi Mustafa Kemal pelajaran bahwa institusi agama dengan negara memang harus dipisahkan. Apalagi jika melihat Kesultanan Turki di masa lalu kerap berperang dan terjadi pemberontakan karena perbedaan agama dan suku.
Baca Juga: Kampung Ottoman Berumur 7 Abad, Apa Iya...?
Berdirinya Republik Turki yang sekuler tak lain untuk menyatukan masyarakat Turki yang majemuk. Kemal mengecam keras kelompok Turki Muda yang telah melakukan pembunuhan terhadap kelompok Kristen Turki hanya demi pembenaran politik pasca kekalahan Turki di Perang Dunia Pertama.
Gejolak sektarianisme dan agama justru akan melemahkan semangat nasionalisme Turki. Kemal berharap dengan sekularisme, Turki akan mengalami kemajuan dan keluar dari stagnasi iptek dan ekonomi.
Meskipun banyak kelompok Islamis mengecam Kemal, namun pada dasarnya Kemal bukan seorang anti Islam, justru di bawah pemerintahannya, ia ingin Muslim Turki menjadi insan-insan yang berpikiran maju. (Disadur dari beberapa sumber)
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com