Pakar : Kemesraan Jokowi-Prabowo Menjadikan Media Melankolis

| Editor: Wahyu Nugroho
Pakar : Kemesraan Jokowi-Prabowo Menjadikan Media Melankolis

Laporan Bambang Subagio

diskusi.jpg" alt="" width="865" height="450" />

INFOJAMBI.COM - Pakar Komunikasi Politik Universitas Jayabaya, Lely Arrianie mengatakan hingga saat ini mayoritas masyarakat masih hanyut oleh momentum Presiden Joko Widodo dan Ketum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berpelukan di venue pencak silat Asian Games 2018, padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Rabu (29/8/2018).

Lely mengatakan pelukan dua capres usai pesilat Hanifan Yudani Kusumah meraih medali emas itu benar-benar membawa pesan damai, kesejukan dan keteduhan bagi masyarakat Indonesia. Aksi yang menarik perhatian dan menjadi viral di sosial media ini pun dinilai memberi dampak positif bagi Pemilihan Presiden 2019 nanti.

“Meski para pendukungnya kerap berselisih dan berbeda pendapat, namun kedua capres tetap memiliki keteduhan bersikap dengan berpelukan berselimut satu bendera kebangsaan Merah Putih, “ujar Lely dalam diskusi bertajuk 'Pelukan Jokowi-Prabowo Bakal Dinginkan Suhu Politik?' di media center Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (30/8/2018).

Lely menambahkan momentum pelukan Joko Widodo dan Prabowo pun berimbas ke kalangan insan media. Jika biasanya tulisan di berbagai media cetak, media online dan media elektronik yang selalu penuh intrik, hoax dan provokatif, saat ini sudah menjadi adem ayem.

“Kemesraan Jokowi-Prabowo membuat wartawan saat ini pun menjadi melankolis. Karya tulis jurnalis yang penuh provokasi, terbawa arus dengan adegan singkat pelukan Jokowi-Prabowo, “ujar Lely.

Lely menegaskan situasi yang penuh melankolis ini mungkin akan berubah seiring masuknya masa kampanye nanti. Namun kedua figur harus tetap bisa mempertontonkan gesture politik menyejukkan agar para pendukungnya juga menempatkannya sebagai sosok yang membuat lawan politik tetap menghormati keduanya. “Pelukan itu untuk dinikmati sesekali boleh. Tapi tak boleh terjadi selamanya suasana melankolis, “ujarnya.

Momen pelukan yang diinisiasi oleh Hanifan itu lanjut Lely telah menciptakan bahasa komunikasi sarat aliran unsur positif dan masyarakat dapat mempersepsikan gambaran hal-hal positif saat ini. Meski ebagai informan, Hanifan berhasil menjadi mediator bagi kedua tokoh sentral, yang peran ini tak mampu dilakukan oleh para politisi di sekeliling dua figur tersebut.

"Momen itu tidak dibentuk secara sengaja oleh para promotor politik. Sebagai informan, menunjukkan Hanifan lebih hebat dari para politikus yang berada di sekeliling dua figur tersebut, “ katanya.

Lely mengaku terharu melihat peristiwa pelukan Jokowi-Prabowo yang disaksikan oleh ribuan penonton final pencak silat di padepokan pencak silat TMII. "Saya ikut terharu dan sempat berucap 'nice gesture', " katanya.

Dalam kesempatan sama Wasekjen Partai Golkar Ache Hasan Syadzili menyebut momen pelukan dua orang calon Indonesia1 itu membuktikan sifat kenegarawanan dua kandidat yang akan berkompetisi di Pilpres. Meskipun beda jalan politik di Pilpres, keduanya tetap bersatu padu saat memperjuangkan kemenangan bangsa.

"Pelukan antara Prabowo-Jokowi itu menunjukkan makna luar biasa bagi kita semua sebagai sebuah bangsa, "ujar Ache.



Sedangkan Wakil Ketua Komisi II DPR Ahmad Riza Patria sejatinya tidak ada pertentangan diantara para elit politik. "Ada kekuatan besar dan menjadi ancaman dari asing, yang ingin membuat bangsa Indonesia ini terpecah belah. Masyarakat harus memahami hal itu, " ujarnya.***

Editor Wahyu Nugroho

Baca Juga: Pakar : Parpol Harus Manfaatkan Terjadinya Partisipasi Politik

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya