Pemerintah Ambil Langkah Lockdown Total, Begini Nasib Mahasiswa Jambi di Sudan

| Editor: Doddi Irawan
Pemerintah Ambil Langkah Lockdown Total, Begini Nasib Mahasiswa Jambi di Sudan

Laporan Sidik Mustaqim dari Sudan || Editor : Doddi Irawan



INFOJAMBI.COM — Pemerintah negara Sudan menetapkan status Gawat Darurat Nasional, sejak 16 Maret 2020, untuk memutus mata rantai pandemi coronavirus disease 2019 (covid-19).

Pihak Pemerintah Sudan dengan sigap dan cepat menutup seluruh jalur operasional bandara, pelabuhan, jalur darat hingga perbatasan.

Perguruan tinggi dan sekolah dasar belajar di rumah, sementara pegawai melaksanakan kerja dari rumah, atau work from home (WFH), baik pegawai pemerintah maupun swasta, serta memberlakukan PSBB hingga lockdown total di berbagai kota dan provinsi.

Meskipun Pemerintah Sudan sudah menutup bandara, akses masuk dan keluar kendaraan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), dan memberlakukan jam malam sejak 18 Maret 2020, namun jumlah korban yang terpapar virus corona makin bertambah.

Jika penyebaran virus corona ini terus bertambah, Pemerintah Sudan akan sangat kewalahan menghadapinya, karena keterbatasan tenaga medis dan peralatan kesehatan, hingga pendanaan yang minim, ditambah krisis Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pemerintah Sudan sudah membuka rekening khusus bantuan donasi dalam penangganan Covid-19, dan kebutuhan lainnya untuk masyarakat umum hingga lembaga-lembaga bantuan internasional, di dalam maupun luar negeri.

Sementara itu, sejak terjadinya kudeta terhadap Presiden Omar Bashir pada April 2019, dilanjutkan oleh pemerintahan transisi yang akan memimpin Sudan selama tiga tahun kedepan, suhu perpolitikan, ekonomi dan keamanan di Sudan menjadi tidak stabil.

Sering terjadi demonstrasi, bentrok antara loyalis Omar Basyir dengan pemerintahan transisi, serta adanya upaya pembunuhan terhadap Perdana Menteri pemerintahan transisi, beberapa bulan lalu.

Instabilitas itu semakin meningkat dengan penyebaran virus corona, sehingga kerap terjadi kerawanan sosial dan keamanan, seperti meningkatnya kasus perampokan dan pencurian, terhadap warga Sudan maupun orang asing, termasuk mahasiswa.

Instabilitas politik dan ekonomi mengakibatkan harga-harga kebutuhan pokok melambung, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat, apalagi mahasiswa.

Antrian panjang terjadi untuk mendapatkan roti yang menjadi makanan pokok orang Sudan. Antrian mendapatkan gas sampai masyarakat tidur di SPBU. Juga terjadi antrian BBM yang mengular sampai beberapa kilometer, menjadi pemandangan sehari-hari sejak beberapa bulan terakhir, di ibu kota Khartoum hingga di berbagai kota dan provinsi lainnya.

Sebagai warga asing asal Asia, mahasiswa Jambi juga tidak jarang mengalami tindakan rasisme dari warga lokal. Penyebabnya, wabah virus corona pertama kali muncul di Asia, persisnya di Wuhan, Cina, apalagi mereka hampir tidak bisa membedakan warga asing yang berasal dari Asia.

Sebanyak 35 orang mahasiswa Jambi yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Sudan, terutama di bu kota Khartoum, sangat merasakan dampak tersebut, baik terhadap keberlangsungan pendidikan mereka, keamanan maupun memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ditambah lagi tidak semua mahasiswa jambi datang ke Sudan mendapat beasiswa penuh dari perguruan tinggi tempat belajar. Beasiswa dari Pemerintah Sudan hanya sebatas gratis SPP, sedangkan untuk membayar sewa rumah, makan, transportasi, bahkan living cost bulanan, masih mengandalkan bantuan orang tua, yang sangat terbatas.

Situasi perekonomian di Sudan saat ini cukup mahal, terutama untuk harga sewa rumah, hingga membeli bahan pokok harian, sebelum pandemi virus corona masuk ke Sudan maupun pasca pandemi. Semuanya semakin hari semakin melonjak harganya.

Kementerian Kesehatan Sudan pada 12 Maret 2020 menetapkan korban pertama positif virus corona di Sudan. Warga yang akhirnya meninggal dunia itu seorang laki-laki berusia 50 tahun, penduduk Distrik Kota Khartoum. Dia meninggal dunia di salah satu rumah sakit swasta di Khartoum, setelah sebelumnya mengunjungi Uni Emirat Arab, awal Maret 2020.

Pemerintah Sudan mengeluarkan keputusan lockdown total pada 13 April 2020. Ini berlaku pada untuk Provinsi Khartoum selama tiga minggu kedepan mulai tanggal 18 April 2020.

Ditetapkan denda dan hukuman penjara bagi yang melanggar keputusan tersebut, mulai dari SDG 5.000 (Rp. 750.000) sampai SDG 20.000 (2.850.000). Warga Khartoum dilarang beraktivitas di luar rumah, kecuali jika ada kebutuhan mendesak.

Namun begitu Pemerintah Provinsi Khartoum masih memperbolehkan warganya untuk hanya sekedar membeli kebutuhan pokok harian di sekitar tempat tinggal mereka, mulai jam enam pagi hingga jam satu siang selama lockdown.

Disamping itu, Kementerian Agama dan Wakaf Sudan mengeluarkan maklumat agar menutup semua tempat ibadah, terutama masjid dan gereja, dan menghentikan kegiatan ibadah selama tiga minggu kedepan pasca ditetapkannya lockdown total, khususnya di Kota Khartoum.

Kementerian Kesehatan Sudan mengumumkan pertambahan 38 orang yang dinyatakan positif Covid-19 pada Senin 27 April 2020, sehingga keseluruhan 275 orang yang dinyatakan positif Covid-19.

Sementara itu, korban yang meninggal sebanyak 22 orang, sembuh 21 orang, sedangkan PDP 300 orang. Pengumuman tersebut disampaikan hampir setiap hari oleh Tim Satgas Penanganan Covid-19 Gawat Darurat Kementrian Kesehatan melalui laman resmi secara realtime.

Hingga saat ini di wilayah lain yang dinyatakan positif untuk wilayah Gezira terdapat 4 orang, White Nile 3 orang, River Nile 1 orang, Laut Merah 1 orang, Qadarif 2 orang, Darfur Tengah 1 orang, Darfur Timur 1 orang dan Sinnar 1 orang.

Hingga saat ini, kasus penyebaran Covid-19 sudah masuk di tujuh provinsi dari 18 provinsi yang ada di Sudan, dengan jumlah penduduk lebih kurang 43 juta orang pada 2019.

Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Sudan & Eritrea yang berpusat di Kota Khartoum,sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia di Sudan, sudah menyalurkan bantuan kebutuhan pokok kepada mahasiswa dan 19 organisasi yang ada di Sudan, meliputi dari 12 organisasi kekeluargaan, satu organisasi kemahasiswaan, satu organisasi pekerja migran, empat organisasi masyarakat, dan satu organisasi politik.

Mengingat panjangnya masa PSBB hingga ditetapkannya lockdown oleh Pemerintah Sudan, bantuan tersebut kurang mencukupi bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia, khususnya bagi mahasiswa yang tinggal di Kota Khartoum, termasuk para mahasiswa asal Provinsi Jambi.

Mahasiswa Indonesia di Sudan selalu berdoa agar semua rakyat Indonesia, di kampung halaman maupun di perantauan, dilindungi oleh Allah SWT.

Mahasiswa Indonesia di Sudah perlu mendapat perhatian dan bantuan dari Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah daerah masing-masing, serta para dermawan. Apalagi jika keadaan semakin memburuk sampai waktu yang belum ditentukan. (Penulis adalah kontributor infojambi.com di Sudan dan mahasiswa asal Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi)

Baca Juga: Bahagianya Mahasiswa Jambi di Malang Bertemu Wali Kota Jambi

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya