Pemilih Millennials Menjadi Rebutan Para Elita Sebagai Pencitraan

| Editor: Muhammad Asrori
Pemilih Millennials Menjadi Rebutan Para Elita Sebagai Pencitraan
Syamsul Bahri, SE

Oleh Syamsul Bahri, SE



Akhir-akhir ini bahkan sejak telah terdaftarnya pasangan Bacapres di KPU, yaitu dua Pasang yaitu pasangan Patahana Jokowi+Ma’ruf Amin dengan pasangan Penantang Prabowo+Sandiaga Uno terlepas dari tragedy dan drama penentuan Bacawapres di masing-masing Kubu, yang membuat pusat marketing politik terpokus pada “masyarakat muda yang tergabung sebagai pemilih Millennials atau generasi millennials menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat, mulai dari segi pendidikan, teknologi maupun moral dan budaya, serta kebutuhan generasi millennials saatini.

Generasi Millennials adalah terminology generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di Indonesia diberbagai bidang, apa dan siapa gerangan generasi millennial Generasi Y) itu?. Generasi atau masyarakat Millennials adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti social sering mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980-an sampai 2000-an sebagai generasi millennial. , sehingga generasi millenaials adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15–37 tahun.

Apa sesungguhnya masyarakat millennials tersebut, tentu kita harus jelas tanda-tanda/parameter dan hoby serta kebutuhan dari masyarakat Millennials tersebut yang menjadi pusat perhatian dan sorotan oleh para politikus baik yang menjadi bakal calon Legeslatif, apalagi dua kubu pasangan Bacapres, sebagai sebuah pasar yang potensial untuk digaet suara dari kelompok milenial pada Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legeslatif.

Menurut beberapa literature atau reference, Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-20000an. Maka ini berarti Millennials adalah generasi muda yang berumur 17-37 pada tahun ini. Millennials sendiri dianggap special karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.

Dengan cirri khas Generasi millennials yaitu, dilahirkan atau lahir di era televise berwarna, dan sudah mulai akrab dengan internet, Laptop/Computer, Handphone, sehingga generasi ini lebih dikenal dengan generasi IT yang cukup bahkan lebih mahir dalam teknologi, dengan jumlah community millennials di Indonesia mencapai lebih dari 35% dari jumlah penduduk Indonesia 266 juta orang yang berumur 17 tahun sampai 37 Tahun.

Ini sebuah potensi bangsa yang sangat besar, jika dikelola dengan baik akan sangat member pengaruh yang cukup baik bagi negara, baik sebagai potensi konsumtif untuk menjadi pelanggan/pemakai berbagai produk baik jasa ekonomi, maupun jasa non ekonomi, begitu juga potensi produktif sebagai tenaga kerja yang cukup memiliki ketrampilan dan pengetahuan untuk menghasilkan barang ekonomi, barang non ekonomi.

Namun faktanya generasi milleneals ini cenderung asyik dengan dunia mereka sendiri, ada kecenderungan mereka cuek dengan kondisi negara, terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik atau pun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi Millennials hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan, yang mungkin beberapa kelompok yang hedonism, walaupun visi yang tidak realistis dan terlalui dealistis, yang penting bisa gaya.

Terlihat saat ini potensi tersebut baik negative maupun positif tersebut dari generasi millennials belum dikelola dengan baik oleh Negara untuk dapat memberikan kontribusi positif untuk negara, disamping untuk mereka sendiri, dan seyogyanya mereka saat ini tentunya sebagai manusia normal membutuhkan lapangan dan kesempatan kerja untuk bisa menghasilakan pendapat sendiri dan melanjutkan nilai nilai kehidupan tersebut itu dimasa yang akan datang.

Generasi milelenials ini rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile sekitar 10 jam sehari, untuk mendapatkan semua informasi dan diskusi serta bergurau ria, antara lain untuk menonton streaming, yang sangat tergantung dan mengandalkan media social sebagai tempat mendapatkan informasi, dan sebagai mana diketahui bahwa saat ini media social telah menjadi platform pelaporan dan sumber berita utama bagi masyarakat bahkan menjadi trendy, bahkan prilaku belanja dari belanja konvensional menjadi belanja untuk memenuhi kebutuhan melaui on line.

Besarnya potensi dan marketing generasi millennials ini secera demografis yang belum terkelola dengan baik oleh Negara sebagai generasi yang cukup memiliki pengetahuan bahkan sedang mengikuti pendidikan, dan potensi ini cenderung digarap saat saat pesta demokrasi, baik Pilkada, bahkan kecenderungan Pemilu Presiden dan Legeslatif saat ini sedang berproses, masing-masing pasangan Bacapres mengkalim mengakui sebagai bagian dari keterwakilan dari generasi mellenials.

Keunikan generasi Millennials disbanding generasi sebelum, generasi millennial memang unik dari hasil riset yang dirilis oleh Pew Researh Center misalnya secara gambling mencolok soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik. Kehidupan generasi millennials tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet, entertainment hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasiini.

Kondisi masyarakat millennials Indonesia saat ini, terkait dengan Partisipasi pada Pilkada bahkan Pilpres dan Pileg, ada kecenderungan perwujudan nilai patriotic oleh generasi millennials berbeda, sehingga terkesan nilai-nilai patriotic dan nasionalisme telah hilang dan luntur dari generasi muda millennials, begitu juga sikap politik mereka memberi kesan berdasarkan Survei yang dilakukan Alvara Research Center tahun 2014 menunjukkan pemilih muda Indonesia didominasi oleh swing voters/pemilih galau, dan apathetic voters/pemilih cuek.

Kondisi ini swing voters/pemilih galau, dan apathetic voters/pemilih cuek, tentu ini hanya sebuah bentuk hasil dari sebuah proses demokrasi yang terjadi, bahwa proses tersebut belum menunjukan kepedulian untuk mereka, baik lapangan pekerjaan, keberpihakan lapangan pekerjaan, hakpolitik, ruanghidup, pendidikan, upahdll, karena pendidikan dan lapangan pekerjaan yang paling berpengaruh dan menentukan masa depan mereka.

Karena tingkat kesuksekan mereka dimasa dewasa dan masa tua ditentukan oleh pendidikan dan pekerjaan yang mereka terima di masa muda, selain itu wirausaha/entrepreneurship/ekonomik reatif saatini juga sudah menjadi alternative kalangan muda dalam berkarya, start-up bisnis bermunculan di berbagaikota.

Begitu lulus mereka tidak lagi berburu lowongan pekerjaan, tapi berupaya mencari peluang bisnis dan menjadikan peluang bisnis itu sebagai pintu masuk kedunia wirausaha, peluang untuk hidup lebih baik serta mendapat pekerjaan yang layak menjadi hak azasi manusia yang dijamin dalam mukadimah UUD 1945.

Sehinga keterkaitan dengan pesta demokrasi yang dilaksanakan 5 tahunan tersebut, memberikesan hasilnya belum menyentuh pada kebutuhan generasi millennials yang menimbulkan rasa apathies mereka yang terwujud dalamswing voters/pemilih galau, dan apathetic voters/pemilihcuek.

Begitu juga nilai sosial yang selalu kita agungkan sebagai masyarakat timur, terkesan semakin hari semakin lemah bahkan untuk tidak saling menghargai semakin terus berjalan, baik generasi mellenials dengan masyarakat lingkungan, dengan keluarga bahkan dengan orang tua, tentu ini harus menjadi kajian secara ilmiah, kenapa ini terjadi, dan bagaimana dengan gerakan Revolusi Mental dari Rezim Jokowi, perlu ada evaluasi.

Namun anehnya masing-masing pasangan bacapres tahun 2019 berlomba–lomba untuk menjadi perwakilan generasi millennials dengan menampilkan gaya yang yang terpaksa dan memaksa diri untuk menyentuh kebutuhan masyarakat millenails, tetapi secara substansi kebutuhan masyarakat millennials terutama pendidikan dan lapangan pekerjaan harusnya menjadi program prioritas dari Pasangan Bacaprses pada Pilpres tahun 2019,

Begitu juga dengan para bacaleg mencoba dan melakukan pengamatan terhadap masyarakat mellenial ini, agar perjuangan anggota legeslatif fokus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat millennial, karena mereka potensi bangsa, yang harus dikelola dengan baik dan benar, supaya menjadi generasi bangsa yang patriotik/cinta tanah air menurut ukuran kekinian sesuai perkembangan zaman.

Generasi millennials tidak sekedar simbul simbul yang sering muncul dalam acara para elie-elite, terkait dengan symbol hoby, symbol pakaian, simbul music dll, namun seyogyannya symbol itu diperkuat dalam rencana dan program masing-masing Bacapres pada Pilpres 2019, terutama pengentasan kemiskinan yang teraktual antara lain melalui lapangan pekerjaan dan pendidikan.

Pertanyaan, siapakah pasangan Bacapres yang merupakan Pasangan yang menjadi perwakilan masyarakat millennials, apakah pasangan Patahana Jokowi atau pasangan Penantang Prabowo, wait and see.*Penulis Conservationist Jambi

Editor: M Asrori S

Baca Juga: Seminar Success With Millenial Generation Diikuti Ribuan Peserta

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya