Penyebab Banjir di Kerinci dan Sungai Penuh, dari Fenomena El Nino, Sedimentasi hingga Semrawutnya Pengelolaan Sampah

BANJIR yang terjadi saat ini di beberapa wilayah di Indonesia akibat tingginya intensitas curah hujan harian, rata-rata > 100 mm/hari atau > 20 mm/jam.

Reporter: - | Editor: Admin
Penyebab Banjir di Kerinci dan Sungai Penuh, dari Fenomena El Nino, Sedimentasi hingga Semrawutnya Pengelolaan Sampah
Yazzer Arafat ST MT

Oleh: Yazzer Arafat ST MT
Alumni Pasca Sarjana Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro dan Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Provinsi Jambi

BANJIR yang terjadi saat ini di beberapa wilayah di Indonesia akibat tingginya intensitas curah hujan harian, rata-rata > 100 mm/hari atau > 20 mm/jam, dengan durasi waktu melebihi 3 jam.

Baca Juga: Rekor Tertinggi, Indonesia Dilanda 1.985 Bencana Selama 2016

Dalam kondisi itu mengakibatkan terjadinya genangan air di beberapa tempat, bahkan mengakibatkan banjir yang sangat besar apabila suatu daerah memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar, serta memiliki topografi dengan kemiringan bervariasi.

Banjir yang terjadi saat ini di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, sejak 1 Januari 2024, merupakan dampak yang terjadi akibat tingginya intensitas curah hujan. Daya dukung dan daya tampung beberapa sungai di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh tidak sanggup menambung debit air yang ada. 

Baca Juga: Banjir Ancam Warga Pinggir Sungai Batanghari

Sebelum terjadinya intensitas curah hujan yang cukup tinggi, kita mengalami fenomena El Nino. El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik, sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia. Dengan demikian, El Nino bisa mengakibatkan kondisi kekeringan secara umum di Indonesia.

Dampak dari perubahan iklim dari fenomena El Nino ke musim hujan, menyebabkan partikel-partikel tanah dan pasir mudah terbawa air menuju anak-anak sungai dan sungai utama. Pada skala tertentu, banjir masih dapat ditoleransi kejadiannya, selagi tidak mengganggu kegiatan manusia (Saihul Anwar,2009). 

Baca Juga: Banjir Sungai Tantang Sudah Surut

Perkembangan jumlah penduduk dan kebutuhan sarana prasarana sebagai tempat melakukan aktifitas, menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan (land cover). Alih fungsi lahan yang tidak terencana dan tidak terkendali, menyebabkan lahan parkir banjir satu satu hilang, sehingga air merambah ke permukiman penduduk, terutama daerah yang relative landai. 

Sebaliknya, apabila daerah yang memiliki tofograpi bervariasi mengandung sejumlah besar batuan dan kerikil bercampur partikel tanah, akan menimbulkan longsor pada tebing-tebing sungai dengan run-off  bertekanan dan kecepatan luar biasa. Itu dapat menyebabkan gerusan pada tebing sungai dan merobohkan bangunan di atasnya.

Bersambung ke halaman berikutnya

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya