Fenomena banjir di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh awal 2024 memberi kepedihan bagi masyarakat terdampak. Banjir dapat terjadi kapan dan di mana saja. Untuk dapat mengidentifikasi resiko banjir yang berpengaruh pada manusia dan lingkungan, perlu diketahui penyebab terjadinya.
Banjir dan kekeringan masalah yang saling berkaitan dan datang saling menyusul. Semua faktor yang menyebabkan kekeringan akan bergulir menyebabkan terjadinya banjir (Maryono, 2005).
Baca Juga: Rekor Tertinggi, Indonesia Dilanda 1.985 Bencana Selama 2016
Lebih lanjut, Siswoko (2002) menyatakan, beberapa faktor penyebab banjir yaitu adanya interaksi antara faktor penyebab bersifat alamiah. Dalam hal ini kondisi dan peristiwa alam serta campur tangan manusia yang beraktivitas pada daerah pengaliran.
Beberapa fakta yang tidak bisa dipungkiri, saat ini potret banjir yang terjadi di Kerinci dan Sungai Penuh merupakan suatu kesatuan utuh suatu wilayah topograpi (bukan adminstratif), dengan daerah aliran sungai yang sangat banyak.
Baca Juga: Banjir Ancam Warga Pinggir Sungai Batanghari
Di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh (sebelum pemekaran), memiliki 8 sungai besar dan 88 anak sungai. Ketika terjadi intensitas curah hujan sangat lebat (ekstrem), di hulu akan terjadi longsoran di tebing-tebing sungai serta membawa sedimen (sediment transport) ke arah hilir.
Di bawah ini saya tampilkan topografi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh secara 3D (tiga dimensi).
Baca Juga: Banjir Sungai Tantang Sudah Surut
Dari gambar 3D tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh berada di sekeliling Bukit Barisan. Potensi aliran air dari anak-anak sungai akan menuju ke sungai utama (Sungai Batang Merao), dan semua aliran sebagian dari anak-anak sungai menuju ke Danau Kerinci atau Sungai Batang Merao.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com