Gagasan deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948 menandai awal dari "Nakba" atau "Bencana" bagi rakyat Palestina, di mana sekitar 700.000 an orang Palestina mengungsi atau diusir dari rumah dan tanah mereka. Tragedi ini meninggalkan luka mendalam yang terus membayangi perjuangan mereka hingga hari ini.
Hijrah: Lebih dari Sekadar Pindah
Baca Juga: Pro Palestina, Israel Boikot Kedatangan Menlu Swedia
Peristiwa Hijrah, atau migrasi, telah menjadi simbol ketahanan bagi rakyat Palestina. Bagi mereka, hijrah bukan hanya perpindahan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual dan emosional yang melibatkan upaya mempertahankan identitas dan martabat.
Pengungsian massal ke negara-negara tetangga seperti Yordania, Lebanon, dan Suriah, meskipun penuh penderitaan, menunjukkan keteguhan hati mereka untuk terus berjuang demi hak kembali ke tanah air.
Baca Juga: Syaikh Issa Ahmad Ceritakan Penderitaan Rakyat Palestina, Muslim Bangko Galang Bantuan
Generasi demi generasi di kamp-kamp pengungsi Palestina tumbuh dengan harapan dan tekad yang kuat. Mereka membawa cerita-cerita tentang kampung halaman yang hilang, tentang perjuangan nenek moyang mereka, dan tentang harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Tantangan yang Dihadapi
Baca Juga: Halangi Akses Masuk ke Masjid Al Aqsa, Warga Palestina Protes
Perjuangan Palestina penuh dengan rintangan, baik dari luar maupun dari dalam. Blokade dan kontrol ketat Israel di Gaza dan Tepi Barat menciptakan kondisi kehidupan yang sangat sulit.
Selain itu, perpecahan politik internal antara faksi-faksi Palestina sendiri menambah kerumitan situasi. Dan penghalang mulusnya cita-cita nasional mereka menikmati Palestina Merdeka yang mendamaikan jiwa.
Di tingkat internasional, dukungan bagi Palestina seringkali terhalang oleh dinamika politik global yang penuh hipokrit dan Intervensi pihak-pihak yang pro rezim zionis dan negara haram Israel.
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com