Petani Swadaya Kembangkan Model Pertanian Sawit Berkelanjutan

| Editor: Ramadhani
Petani Swadaya Kembangkan Model Pertanian Sawit Berkelanjutan
Anwar Sadat dan wakilnya, Hairan meninjau Lubuk Larangan di Desa Sungai Rotan sebagai bentuk kegiatan konverasi daerah sungai. (Ist)

Editor: Rahmad



INFOJAMBI - Dua asosiasi petani dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu Forum Petani Swadaya Merlung Renah Mendaluh (FPS-MRM) dan Asosiasi Petani Berkah Mandah Lestari (APBML) serta satu asosiasi petani dari Kabupaten Batanghari yakni Cahaya Putra Harapan (ACPH) telah berhasil memperoleh sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

Prestasi ini merupakan capaiandari program bernama 'Dari Rantai Pasok Inovatif ke Rantai Pasok Keberlanjutan' yang digagas Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH), Setara Jambi, dan PT. Asian Agri, serta dukungan pemerintah daerah setempat.

Program yang telah dimulai sejak tahun 2016, telah berhasil menjadikan 1.015 orang petani sawit swadaya dari tiga asosiasi petani tersebut mendapatkan sertifikat RSPO dengan luas areal 1.926,29hektar.

Menurut Direktur Setara Jambi, Nurbaya Zulhakim, pekerjaan ini bukanlah perkara ringan karena perlu diawali dengan perubahan cara berpikir agar petani mau memproduksi minyak sawit ramah lingkungan agar bisa menghasilkan harga Tandan Buah Segar (TBS) menjadi lebih stabil.

“Kami mengedukasi para petani dalam menyesuaikan standar budidaya kelapa sawit yang baik, serta  pemenuhan aspek legalitas dengan kepemilikan Surat Hak Milik (SHM) dan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Caranya adalah melakukan diskusi dengan beberapa pihak termasuk melibatkan para petani swadaya, membuka peluang untuk advokasi, dan penggalangan dukungan untuk petani kecil.”

Semenjak pandemi Covid-19 melanda Jambi, penjualan sawit sempat terhambat. Namun, para petani dapat memanfaatkan pendapatan dari kredit RSPO yang telah telah dibeli oleh buyersbesar seperti Unilever, Body Shop, dan ACT sebagai strategi ketahanan ekonomi untuk membeli sembako secara berkala kepada anggotanya, termasuk juga untuk pembangunan kantor, pembiayaan audit, modal usaha, pengadaan pupuk.

“Di masa pandemi, Setara Jambi juga mendorong para petani untuk menggunakan teknologi aplikasi JalaSetara guna memudahkan pencatatan aktivitas dan perawatan kebun agar lebih mudah dalam proses audit. Ke depannya, aplikasi ini bisa digunakan oleh semua petanisecara lebih luas. Selain itu, kami juga aktif mengundang semua anggota dalam memberikan pelatihan atau sosialisasi secara online dan berbagi informasi melalui groupchat.” tambahnya.

Pendampingan yang dilakukan sangat dirasakan manfaatnya oleh petani sawit swadaya, utamanya dalam hal berorganisasi.

“Perubahan para petani yang awalnya berkebun secara individu menjadi berkelompok. Hal inilah yang mendorong perhatian lebih dari perusahaan karena kelompok petani ini telah berhasil memproduksi TBS dengan standar kualitas yang sama. Manfaat lainnya adalah peningkatan hasil panen sebagai dampak dari pelatihan budidaya kelapa sawit. Sebelum bergabung dengan kelompok tani, lahan sawit saya seluas 5 ha hanya menghasilkan 3-4 ton per 15 hari, sekarang meningkat menjadi 5-6 ton per 15 hari,” terang Ardiansyah, petani sawit sekaligus Group Manager APBML.

Senada dengan Ardiansyah, Dedi sebagai perwakilan FPS-MRM, juga melihat banyak manfaat yang diperoleh petani swadaya dari program kolaborasi ini.

“Selain edukasi yang terus menerus dilakukan dalam asosiasi petani mengenai pentingnya sertifikasi, kami juga membuat inisiatif melakukan konservasi sungai yang rencananya akan dilakukan di lima desa. Mengingat masih banyakperkebunan yang dilakukan di sepanjang aliran sungai tersebut,maka kami harap inisiatif inibisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem,” imbuhnya.

Daerah konservasi sungai yang disebut Lubuk Larangan merupakan salah satu bentuk komitmen para petani sawit Kabupaten Tanjung Jabung Baratdalam melestarikan lingkungan.

Kesadaran ini muncul tak lepas dari hasil edukasi kepada masyarakatbahwa pertanian sawit di daerah aliran sungai yang dapat menurunkan kualitas air.

Akibatnya, masyarakat mulai menghindari penanaman di sepanjang Lubuk Larangan dan dapat hidup berdampingan bersama alam dengan baik.

Anwar Sadat selaku Bupati Tanjung Jabung Barat dalam sambutannya diacara Penyerahan Sertifikat RSPO di Desa Sungai Rotan (10/6), mengungkapkan kebanggaannya terhadap capaian yang telah diperoleh para petani di daerah tersebut.

“Kami turut bangga mendengar bahwa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah ada dua asosiasi petani swadaya yang berhasil mendapatkan sertifikat RSPO. Hal ini adalahcontoh nyata bahwapetani kecil pun mampu mewujudkan pengelolaan kebun kelapa sawit secara berkelanjutanhinggabisa menembus pasar internasional. Mereka telah membuktikan kemampuannya untuk mengelola kebun dengan cara tidak membakar dan melestarikanekosistem sungai diLubuk Larangan,” ungkapnya.

Anwar menambahkan, “Saya harap seluruh pihak, baik itu pemerintah, perusahaan dan NGO untuk mendukung petani swadaya mewujudkan pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan di Tanjung Jabung Barat.”

Sebagai salah satu mitra program ini, Yayasan IDH mengungkapkan apresiasinya atas kerja keras seluruh
pemangku kepentingan yang terlibatseperti pernyataan Fitrian Ardiansyah, Ketua Yayasan IDH.

“Kami mengapresiasi upaya berbagai pihak, terutama pemerintahprovinsi dan kabupaten, seperti yang dilakukan Bupati Tanjung Jabung Baratyang sangat mendukung petani sawit swadaya yang berkelanjutan–baik lewat ISPO maupun RSPO –didaerahnya. Dukungan dari kepala daerah sangat penting untuk mengembangkanrencana pertumbuhan ekonomi hijau, khususnya dalam halakselerasi legalitas lahan bagi para petani kecildan membuka iklim investasi hijau yang lebih luas.”

Kerja sama yang kami lakukan initelah memberikan model bisnis investasi hijau yang menguntungkan bagi pemerintah, komunitas lokal dan pihak swasta, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi perlindungan ekosistem dan lingkungan setempat. Kami harap model-model bisnis yang telah dipraktikkan bisa direplikasi oleh banyak pihak dengan skala investasiyang lebih besar,” ujarnya.

Sejalan dengan Yayasan IDH, Eko Suwardi yang merupakan Asisten Pembinaan Petani Swadaya Asian Agri, Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjelaskan bentuk dukunganperusahaannya kepadapetani sawit lokal melalui penerapan manajemen Creating Shared Value (CSV)sejak tahun 2012.

“Melalui CSV, kami membantu masyarakat untuk membagikan nilai-nilai penting dalam berkebun kelapa sawit, sehingga terjadi praktikpertanian berkelanjutanuntukmenghasilkan TBS dengan jumlah dan kualitas yangtinggi. Kegiatanyang dilakukan antara lainedukasi mengenai jenis buah yang bisa dipanen, teknik pemupukan, cara tabur pemupukan, dan penyemprotan. Semua keterampilan ini bisa menjadikan petani swadaya merawatkebunnyadengan lebih efektif dan efisien,” sebut Eko.

Baca Juga: Asian Agri Bersama Tanoto Foundation Peduli Pendidikan

BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya