STMIK Bekerjasama dengan KOPIPEDE Jambi Gelar Seminar

| Editor: Wahyu Nugroho
STMIK Bekerjasama dengan KOPIPEDE Jambi Gelar Seminar


PENULIS : TIM LIPUTAN
EDITOR : WAHYU NUGROHO

Baca Juga: Hj Sherrin Tharia Idolakan Pendidikan Anak Berbasis Al Qur'an









INFOJAMBI.COM - STMIK Nurdin Hamzah Jambi bekerjasama dengan Komunitas Peduli Pemilu dan Demokrasi ( Kopipede) Provinsi Jambi menggelar seminar dengan tema "Media sosial, Nasionalisme, dan Karakter Bangsa" Kamis (28/11/2019).





Acara digelar di Aula STMIK Provinsi Jambi, dihadiri oleh pemuda pemudi dari berbagai perguruan tinggi dan organisasi kemahasiswaan seperti HMI, PMII, GMNI, GMKI, IMM, Pemuda Muhamadiyah, Pemuda Pancasila, Pemuda Ansor, Purna Paskibraka.
Seminar ini menghadirkan empat pembicara yakni Windy Adriana ketua STMIK NH Jambi, Mochammad Farisi Ketua Kopipede Prov. Jambi, Kombes Pol Drs. Lilik Apriyanto Dir Intelkam Polda Jambi dan Aning Masnidar Trainer Google News Initiative.
Dalam seminar dibahas berbagai tips mengatasi hoax di media sosial serta bagaimana kaum milenial tetap memiliki karakter keindonesian.

Baca Juga: Kesehatan Masyarakat Salah Satu Indikator Kesejahteraan Masyarakat





Inisiator kegiatan M. Farisi, LL.M. yang juga Dosen di Fakultas Hukum Univ. Jambi dalam sambutannya menjelaskan wawasan kebangsaan perlu dirumuskan kembali agar programnya sesuai dengan konteks kekinian, yaitu melalui literasi media sosial bagi generasi milenial.





Saat ini ancaman bangsa Indonesia sudah berubah dari yang bersifat  geografis menjadi ancaman yang multidimensi seperti terorisme, radikalisme, narkoba, separatisme, pornografi, kegiatan illegal, serangan siber, berita-berita hoax dan adudomba, perilaku intoleransi dan fundamentalisme. Semuanya bertujuan untuk pelemahan modal manusia, agar bangsa ini selalu curiga, pesimistis, dan koruptif, sehingga bangsa kita menjadi lemah dan mudah untuk dikuasai.

Baca Juga: H Fachrori Umar: Syeikh Sulaiman Arrasuli Sosok Ulama dan Pejuang





Untuk itu KOPIPEDE Prov. Jambi terus melakukan pendidikan politik yang sehat bagi perkebangan demokrasi di Indonesia melalui kegiatan pendidikan wawasan kebangsaan untuk menangkal berita hoax di medsos.





Kami berharap dengan literasi media sosial ini generasi muda bisa lebih memahami bahwa berita hoax merupakan ancaman yang dapat memecah belah persatuan bangsa.





Selain itu literasi media ini juga bertujuan meningkatkan kemampuan untuk mengakses, menganalisis dan berkomunikasi yang bijak di media social sehingga berdampak pada kondisi yang kondusif, aman dan nyaman.

Pembicara pertama Kombes Pol Lilik Apriyanto  Dir Intelkam Polda Jambi mengatakan hoax dapat menyebar dari media sosial, aplikasi chat, situs web, televisi, media cetak, email.





"Ciri-ciri hoax sendiri berasal dari sumber yang tidak jelas, pesan sepihak, memanfaatkan fanatisme, judul dan pengantarnya provokatif, minta supaya di share dan diviralkan, berita berasal dari media abal-abal," kata Lilik kepada peserta.





Lilik Apriyanto juga mengemukakan bahwa salah satu cara mengenali hoax adalah dengan memeriksa alamat URLnya. "Kita mengkonsumsi berita hoax setiap harinya sekitar 44,30%," katanya.





Ia mengatakan, Polri pun berupaya mengatasi hoax dengan melaksanakan penyuluhan, melakukan patroli ciber pada media sosial, melakukan deseminasi terhadap informasi yang tidak benar, melakukan pelayanan terhdap masyrakat serta koordinasi internal satuan Polri. Hukuman dari penyebaran hoax sendiri sudah diatur undang-undang dalam pasal 30 UU ITE, pasal 27 UU ITE, pasal 28 UU ITE, pasal 29 UU ITE dengan minimal 6 tahun penjara.





Trainer Google News Inisiative Siti Masnidar mengemukakan menurutnya banyak orang mudah termakan hoax dan berita sesat dikarenakan oleh orang lebih cenderung percaya jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki.





"Survei Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (AO JII) lebih dari separuh populasi Indonesia menggunakan internet, komunikasi lewat pesan sendiri mencapai 24,7%," papar Aning-sapaan akrabnya.





Pengguna facebook saat ini mencapai 50,7 % dan 17,8 % untuk pengguna instagram. Indonesia memasuki rangking ke 4 pengguna internet terbanyak di Dunia sementara minat baca indonesia baru 0,001 %, seringkali orang hanya baca judul lalu share.









Dia juga membagikan cara mengindetifikasi situs abal-abal penyebar hoax juga dapat dilakukan dengan mengecek alamat situsnya, waspada dengan judul- judul sensasional dan untuk melakukan verifikasi foto menggunakan  google reverse image.





Untuk twitter adalah twitter advance serach, menelusuri website ada who is dan big domain data. Facebook bisa dengan facebook grapher search.***


BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com

Berita Terkait

Berita Lainnya