SUBANG - Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Revolusi Mental bagi seluruh ASN Camat dan Lurah Kota Jambi, yang dipusatkan di Kampus Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia Astha Hannas, Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat, Jum'at (21/4) resmi di tutup oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) RI, yang pada kesempatan tersebut diwakili oleh Staf Ahli Menteri Bidang Budaya Kerja Drs. Teguh Widjanarko, MPA.
Kegiatan yang telah berlangsung sejak tanggal 18 April lalu tersebut mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak dan dilaksanakan secara antusias oleh seluruh peserta. Bagaimana tidak, banyak nuansa dan pemahaman baru mengenai pengembangan karakter dan konsep wawasan kebangsaan yang diraih melalui kegiatan tersebut.
Mengadopsi sistem pendidikan dan pelatihan ala militer. Para peserta diajak memasuki kawahcandradimuka pembentukan karakter kebangsaan melalui konsep Revolusi Mental. Dilatih oleh instruktur yang berasal dari TNI-Polri, para peserta benar-benar dibentuk dan digembleng sikap kedisiplinan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air, serta semangat melayani sebagai abdi negara.
Pelaksanaan kegiatan diklat revolusi mental memang dilakukan sebagai upaya untuk merubah cara pandang cara pikir dan cara bekerja ASN Kota Jambi agar memiliki karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Hal tersebut dirasa penting karena di tengah-tengah kehidupan modern saat ini rasa kebersamaan saling menolong menghormati dan menghargai satu sama lain dirasakan sudah semakin menipis dan hal ini perlu dibangkitkan kembali dalam kehidupan sehari-hari.
"Peran strategis ASN Kota Jambi, terutama para Camat dan Lurah sebagai garda terdepan pelayanan kepada masyarakat, kami harapkan dapat efektif bertindak sebagai "agent of change" yang dapat mempengaruhi dan mengajak masyarakat untuk kembali kepada budaya luhur bangsa Indonesia, yang saling bergotong royong, bekerjasama, membangun negara ini agar lebih baik dalam bingkai NKRI dan itu akan kita mulai dari Kota Jambi." Ujar Wali Kota Fasha dalam sambutannya.
Sebagai pamong bagi masyarakat, Fasha berharap peran lebih dari seorang camat dan lurah, agar tidak hanya bersifat pasif dan hanya menunggu saja. Namun Fasha ingin Camat dan Lurah bertindak sebagai fasilitator, bahkan sebagai motor penggerak masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan Kota Jambi.
"Kita tidak ingin masyarakat hanya sebagai penonton di daerah sendiri, namun kita ingin masyarakat berpartisipasi turut serta merencanakan, bisa melaksanakan dan bisa mengawasi sehingga seluruh komponen akan bersinergi dengan baik. Yakinlah jika seluruh Pemerintah kabupaten kota se-Indonesia melaksanakan konsep ini, maka ancaman bubarnya NKRI Insya Allah tidak akan pernah terjadi." Ujar Fasha.
Terkait dengan kelanjutan diklat Revolusi Mental tersebut, Wali Kota Fasha akan mengirimkan kembali peserta dari Kota Jambi di akhir tahun ini hingga seterusnya secara berkesinambungan dimasa yang akan datang.
Staf Ahli Menpan RB Bidang Budaya Kerja Drs. Teguh Widjanarko, MPA. dalam sambutannya, mengapresiasi langkah inovasi yang di lakukan oleh Walikota Jambi dalam pola pengembangan karakter SDM ASN di Kota Jambi. Karena tidak semua kepala daerah mau memikirkan hal yang tidak terlalu populis tersebut, apalagi menerapkan sistem revolusi mental. Oleh karena itu dirinya meminta agar seluruh peserta diklat untuk dapat mengikuti jejak Wali Kota Fasha agar ikut melahirkan inovasi-inovasi bermanfaat yang relevan dengan tupoksi sebagai kepala wilayah.
Merubah mindset cara melayani masyarakat juga mutlak harus dilakukan untuk memberi image yang baik terhadap pemerintah.
"Jangan sampai ada pemikiran kita yang ingin dilayani oleh masyarakat. Kinerja, budaya disiplin juga harus dibangun agar dapat memberi contoh yang baik kepada bawahan bahkan masyarakat. Bersinergi dan bekerja samalah dengan masyarakat, tokoh masyarakat dan para pelaku ekonomi lainnya." Ujarnya.
Desyanti, Camat Jelutung, yang merupakan salah satu peserta diklat Revolusi Mental tersebut mengungkapkan kesannya terhadap diklat tersebut. Menurutnya diklat tersebut sangat baik bagi pembentukan mental dan kepribadian yang berintegritas dan memiliki loyalitas tinggi kepada bangsa, negara, atasan, dan masyarakat.
"Kami "dilatih dan dibentuk" dalam waktu yang sangat singkat untuk melakukan perubahan sikap dan mental, seperti disiplin dan tepat waktu dalam melaksanakan segala hal, melakukan hal yg tidak biasa dilakukan. Tapi dengan diklat ini, semuanya jadi ringan dan mudah untuk dilaksanakan." Ujarnya.
Ditambahkannya, selama diklat ada dua bentuk pembelajaran yang diberlakukan, yaitu secara akademis (in class), para peserta diberikan teori mengenai revolusi mental dalam bentuk pemaparan dan diskusi. Dan yang kedua adalah pola pembinaan dan pelatihan fisik, seperti kegiatan olah raga pagi, apel, dan kegiatan outbond yang terdiri dari long march serta permainan secara team work.
Pada kegiatan penutupan Diklat Revolusi Mental tersebut, turut hadir Ketua Dewan Pembina Kampus Pembangunan Karakter Bangsa yang juga sekaligus Rektor IPDN Prof. Dr. Drs. Ermaya Suradinata, SH, MH, MS., Ketua STIPAN Prof. DR. Cahya Supriatna, Deputi I Bidang Akademi STIPAN Prof. DR. Khasan Efendi, Sekjen Lemdiklat PKBI Mayjen Purn. Adang Sondjaja, Forkompinda Kabupaten Subang, para Asisten Bidang Pemerintahan Sekda Kota Jambi H. Mukhlis, Kepala SKPD dan Kepala Bagian Setda Kota Jambi. (infojambi.com/*)
Baca Juga: Walikota Jambi Hentikan Operasional Hotel Novita
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com