Usman Ermulan Sesalkan Penggunaan Karet "Impor"

| Editor: Doddi Irawan
Usman Ermulan Sesalkan Penggunaan Karet "Impor"


PENULIS : BAMBANG SUBAGIO
EDITOR : DORA

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Jambi Meningkat Berkat Sawit dan Karet





Usman Ermulan




INFOJAMBI.COM - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi, Usman Ermulan, menyesalkan langkah Pemprov Jambi, yang akan membeli karet dari luar daerah untuk uji coba proyek infrastruktur.





Usman mengkhawatirkan penggunaan karet dari luar bakal meresahkan petani lokal.

Baca Juga: Pencapaian Jambi dalam Ekspor Nasional





"Sebaiknya jangan dilakukan di Jambi. Tak ada manfaatnya bagi petani. Meski masih uji coba, petani akan menilai pemprov semakin tak memikirkan nasib mereka," kata Usman, di Jakarta, Senin (4/11/2019).





Usman berpendapat, anggaran untuk membantu petani mestinya pemerintah Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah menggairahkan para petani melalui peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani.

Baca Juga: Zola Tinjau Unit Pengolahan Hasil Karet





Langkah tersebut diyakini akan memperoleh sambutan positif oleh para petani, mengingat saat ini petani masih menunggu adanya peningkatan permintaan karet yang sedang anjlok.





"Yang diuji coba adalah karet lokal, bukan karet luar. Jadi untuk apa karet yang ada di Jambi saat ini," kata Bupati Tanjung Jabung Barat periode 2001-2005 dan 2011-2016 itu.





Usman menambahkan, penggunaan karet luar untuk uji coba proyek infrastruktur di Jambi juga semakin mengancam kelangsungan petani.





Tidak menutup kemungkinan para petani karet akan semakin banyak menjual total lahannya demi keberlangsungan hidup.





"Petani terus menunggu janji pemerintah yang akan membeli di harga lebih tinggi. Langkah Pemprov Jambi sebenarnya menolong petani, tapi seperti membunuh para petani. Anjloknya harga sekarang saja, tak cukup mereka untuk makan," kata anggota DPR tiga periode (1992–1997, 1997–1999 dan 1999–2001 itu.





Menurut Usman, kalau hanya untuk uji coba, Pemprov Jambi cukup menguji di laboratorium yang dimiliki pemerintah, tanpa harus mengeluarkan dana dari APBD.





"PU punya labor. Sedangkan hasil uji coba di labor biasa mengukur daya tahan aspal yang digunakan," kata Usman.





Usman menilai, untuk tahap uji coba, tak perlu terlalu besar sampai Rp 600 juta. Dana segitu bisa membeli mesin, walaupun harga mesin mencapai dua atau tiga kali lipat dari Rp 600 juta.





"Tidak masalah.Hasilnya juga akan dinikmati oleh petani karet Jambi," kata Usman. ***


BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | INSTALL APLIKASI INFOJAMBI.COM DI PLAYSTORE

Berita Terkait

Berita Lainnya