Oleh : Doddi Irawan
MENJALANI isolasi di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Jambi, Pijoan, Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi, banyak suka dukanya. Menyelamatkan keluarga, teman, tetangga, dari penyebaran virus asal Wuhan, China, yang belum ada obatnya, itu salah satu sukanya.
Setiap hari ada saja teman yang menelepon dan video call. Terutama teman-teman jurnalis. Pagi, siang, sore, malam. Mereka menanyakan kondisi dan perkembangan di masa isolasi. Memberi motivasi agar tetap semangat dan bertekad untuk sembuh.
Hendri Nursal, beberapa kali membuat video call beramai-ramai. Ketua PWI Kota Jambi yang juga Pemimpin Redaksi Jambidaily.com ini membuat semakin semangat. Dia mengajak berkumpul, meski secara daring.
Video call juga dilakukan kawan-kawan pengurus Forum Jurnalis Migas (FJM) Provinsi Jambi. Ada ketua Mursyid Sonsang, Hery FR, Herri Novialdi, dan ada pula M Surtan, Ketua PWI Batanghari, yang walau usianya lebih muda, selalu saya panggil bapak.
Komunikasi yang tak terputus dan membuat happy itu membangkitkan semangat. Saking banyaknya kawan-kawan jurnalis yang memberi support, tidak bisa lagi disebutkan satu per satu namanya. Kalau dibuat daftarnya, panjang sekali.... Mereka menyemangati.
Suci Annisa, reporter dan presenter Kompas TV yang cantik, juga rutin memberi semangat. Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jambi ini sempat cemas, setelah berhari-hari menunggu hasil uji swabnya. Alhamdulillah, swab wanita multi-talenta ini negatif.
Dalam kondisi begitu, di tengah pandemi, tidak ada ego dan gengsi organisasi atau perusahaan media yang muncul. Semua peduli. Tidak ada yang merasa hebat. Entah itu dari PWI, AJI, IJTI, IWO, SMSI, JMSI dan berbagai forum wartawan. Memang hebat korsa jurnalis itu....
Ini menjadi pengalaman dan pelajaran. Komunikasi dan support kawan-kawan sangat penting. Itu menjadi salah satu obat bagi pasien positif Covid-19.
Menkonsumsi makanan dan buah-buahan bergizi tinggi juga sangat membantu. Setiap hari ada saja paket yang datang ke kamar "Wiro Sableng". Petugas pos keamanan Bapelkes Pijoan barangkali sudah bosan mengantarnya.
Selain jurnalis, dukungan moril juga datang dari teman-teman semasa sekolah dan kuliah. Pun tetangga. Ada yang mengantar susu Bear Brand dan Vitamin C 1000, yang katanya bisa menjaga imun tubuh. Ada juga yang mengantar Kangen Water, air mineral dengan ph 9,5 untuk menghancurkan racun di tubuh.
Para jurnalis solidaritasnya sungguh luar biasa. Padahal bukan main letihnya mereka. Harus liputan. Mencari ide berita. Memburu narasumber. Menulis. Seakan tak kenal capek, tapi mereka rela jauh-jauh datang ke Pijoan, sekedar mengantar makanan dan minuman.
Kepedulian orang lain terhadap pasien positif Covid-19 sangat perlu. Kepedulian itu penting karena dapat meningkatkan semangat dan imun tubuh. Keceriaan adalah salah satu obat mujarab penyembuhan Covid-19. Semangat, itu harus.
Baca Juga : Kisah Pasien Covid-19 dari Kamar “Wiro Sableng” (1)
Obat Alternatif
Covid-19 belum ada obatnya. Ini tidak terbantahkan di belahan dunia manapun. Namun begitu jangan pernah menyerah.
Mengkonsumsi makanan bergizi dan pola makan yang tepat waktu membuat kondisi fisik terjaga. Di Bapelkes, makanan yang diberikan sangat cukup, tiga kali sehari. Menunya selalu berganti. Top markotop.
Di Rumah Isolasi Bapelkes Pijoan pasien positif Covid-19 diberi vitamin berbentuk kaplet. Setiap pagi dan malam. Namanya Solvitral, dengan dosis tiga butir setiap kali makan. Entah apa khasiat kaplet berwarna pink tua itu. Telan sajalah, yang penting sembuh.
Selain vitamin, mengkonsumsi air rebusan daun sungkai sepertinya bisa menolong. Obat tradisional ini dipercaya dapat mempercepat penyembuhan Covid-19.
Ramuan rebusan air daun sungkai itu direkomendasikan oleh Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, Letjen TNI Doni Monardo. Itu disampaikannya dalam rapat koordinasi bersama gubernur se-Indonesia, beberapa waktu lalu.
Mantan Danpaspamres itu minta Gubernur Jambi, Fachrori Umar, meneliti khasiat daun sungkai yang banyak tumbuh di Kabupaten Merangin, Jambi. Setelah dikoordinasikan, Pemkab Merangin akhirnya membawa daun sungkai ke Universitas Jambi untuk diteliti.
Hasilnya, seperti yang dibilang Ketua Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknologi Unja, DR Madyawati Latief, daun sungkai mengandung ekstrak etanol yang memberikan efek anti-inflamasi. Anti-inflamasi adalah obat untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri.
DR Madyawati mengungkapkan, kandungan ramuan daun sungkai mengandung senyawa flavonoid, fenolik, saponin, tanin dan alkaloid. Senyawa-senyawa itu serupa dengan antioksidan yang memiliki beragam manfaat untuk tubuh, termasuk meningkatkan kekebalan atau imun tubuh.
Minyak kayu putih bisa dijadikan bantuan mempercepat penyembuhan Covid-19. Setiap hari minyak kayu putih digosok ke dada, leher dan punggung. Malah ada yang bilang sebaiknya diminum. Tapi ingat, minyak kayu putih itu obat luar, bukan untuk diminum. Hati-hati… kondisi tubuh manusia tidak sama.
Vitamin C botolan —mereknya tidak usahlah disebut— perlu juga diwaspadai. Memang, kadar vitamin C pada minuman suplemen ini luar biasa tinggi. Perlu diingat pula, vitamin C botolan rasanya sangat asam, berbahaya bagi penderita maag dan tukak lambung. Bisa-bisa asam lambung naik membuat sesak nafas.
Semasa isolasi, banyak sekali yang menyarankan konsumsi obat tradisional atau makanan dan minuman suplemen. Tujuannya pasti baik, supaya cepat sembuh. Namun sebaiknya pikir-pikir dulu. Konsultasikan dengan dokter siaga di rumah isolasi sebelum digunakan.
Berjemur dan Olahraga
Isolasi di Bapelkes Pijoan mewajibkan seluruh pasien positif corona berjemur di bawah panas matahari setiap hari, antara pukul 8 sampai 10 pagi. Dalam ilmu kesehatan, panas matahari pagi mengandung vitamin D, yang bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Dengan adanya vitamin D, sel-sel kekebalan tubuh lebih aktif melawan bakteri dan virus yang masuk ke tubuh, termasuk virus corona. Ketika kuman masuk ke tubuh, yang pertama melawan adalah sel-sel sistem imun.
Untuk berjemur, para tenaga kesehatan Rumah Isolasi Bapelkes Pijoan membagi tiga sesi. Ini dilakukan agar pasien positif corona yang jumlahnya sekitar 50 orang tidak bertumpuk di satu tempat. Sesi I khusus bagi pasien yang hasil swab keduanya negatif. Mereka dipisahkan dengan pasien yang masih positif.
Sambil berjemur, pasien diajak berolahraga senam. Seorang nakes merangkap menjadi instruktur senam, diiringi dengan musik bergenre riang gembira. Waktu untuk berjemur dan senam diberikan sekitar 30 menit untuk setiap sesinya. Cukup untuk membuat keringat bercucuran.
Seusai senam, seluruh pasien kembali masuk ke kamar isolasi. Tidak boleh keluar lagi, sampai keesokan paginya. Selama berada di kamar, pasien punya waktu istirahat sangat banyak. Bisa tidur siang. Malam tidur lebih cepat. Istirahat cukup termasuk salah satu kunci penyembuhan pasien Covid-19.
Baca Juga : Kisah Pasien Covid-19 dari Kamar “Wiro Sableng” (2)
Selalu Berpikir Positif
Tak bisa dipungkiri, ketika pertama kali masuk ke Rumah Isolasi, mental pasien pasti down. Tidak sedikit yang ngedrop. Di depan mata yang terbayang hanya kematian. Maklum, Covid-19 belum ada obatnya, dan sudah banyak pasien positif yang meregang nyawa.
Pola pikir seperti itu harus dilawan. Selalulah berpikir positif dan tetap semangat. Yakinkan diri pasti sembuh. Buatlah hati selalu senang dan gembira. Bisa dengan memperbanyak ibadah, atau apa saja yang dapat membuat hati riang, mengusir kesedihan dan menghilangkan rasa takut.
Selain dikejar rasa takut, dampak sosial masyarakat terhadap “alumni” rumah isolasi juga menghantui pikiran. Seandainya sudah negatif, terbayang ketika orang-orang menghindar dari eks pasien corona. Terkucil… Tersisih… Dicueki… Itu jelas sangat merusak mental.
Beberapa ketua Rukun Tetangga (RT) di Kompleks Perumahan Aurduri, Penyengat Rendah, Telanaipura, Kota Jambi, agaknya sangat menyadari dampak sosial itu. Mereka tidak seperti kebanyakan orang yang memperlakukan negatif para mantan pasien corona.
“Pasien yang sudah sembuh jangan takut tidak diterima masyarakat. Masyarakat harus tahu bagaimana cara penularan virus itu. Virus itu bukan aib,” kata Ketua RT 30 Penyengat Rendah, Zulfikar.
Ketua RT 29 dan 31 Penyengat Rendah, Ahmad Junaidi dan Milu Karyawadi, berpikiran sama. Mereka minta warganya tidak mengucilkan para mantan pasien corona. Namun langkah-langkah antisipasi Covid-19 terus dilakukan di lingkungannya.
Beberapa hari atau sekitar sepekan menjalani isolasi, pasien kembali menjalani swab. Ini dilakukan untuk memantau perkembangan virus di tubuh pasien. Tapi sayang, hasil swab itu terlalu lama keluarnya. Satu minggu. Itu membuat pasien harap-harap cemas, sehingga mengganggu imun yang mulai stabil.
Dua pekan menjalani isolasi biasanya hasil swab kedua keluar. Bagi yang sudah negatif bisa pulang. Tapi upsss… pasien baru boleh pulang kalau sudah menjalani isolasi selama 14 hari. Jika belum 14 hari, ya harus menunggu.
Itu diakui oleh Kepala Bapelkes Provinsi Jambi, Ahmad Fauzi. Menurutnya, virus corona dapat hidup di tubuh manusia selama 14 hari atau lebih. Tapi umumnya paling lama 14 hari. Makanya pasien corona harus diisolasi selama 14 hari sampai virus itu mati sendiri.
Dari pengalaman menjalani isolasi itu, bisa disimpulkan cara melawan virus corona sebenarnya amat sederhana. Pertahankan kekebalan atau imun tubuh dengan makan tepat waktu dan bergizi, istirahat yang cukup, rajin berolahraga dan berjemur di bawah panas matahari pagi, serta selalu berpikir positif dan tidak stres.
Langkah ini agaknya bisa dilakukan untuk mengantisipasi virus jahanam itu. Hidup disiplin dan mematuhi protokol kesehatan juga wajib. Selalu memakai masker, rajin mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menjaga jarak dengan orang lain, dan menghindari kerumunan.
Semoga wabah ini cepat berlalu. Selamat tinggal kamar Wiro Sableng…. (selesai)
Baca Juga: Cegah Virus Corona Merebak di Tanjabtim, Romi Perketat Semua Jalur Masuk
BERITA KAMI ADA DI GOOGLE NEWS | Ikuti juga Channel WhatsApp INFOJAMBI.com